Danau Tolire Ternate

Minggu, 08 Agustus 2010

Danau Tolire Ternate

Selain Pantai Sulamadaha, tempat wisata yang juga menjadi pilihan di hari libur, yakni Danau Tolire. Danau Tolire yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama ini menyimpan sebuah kisah sedih. Menurut legenda, Danau Tolire terbagi menjadi dua bagian, yakni Tolire besar dan Tolire kecil. Pecahnya danau tersebut dikarenakan kekhilafan seorang ayah kepada anak gadisnya. Sang ayah memerkosa anak gadisnya.

Setelah tragedi memilukan tersebut, terjadi longsor dan danau meluap. Akibatnya, desa Takome tenggelam. Anehnya, setelah surut danau seolah terbagi menjadi dua bagian. Danau Tolire besar diperkirakan sebagai wujud dari sang ayah. Sementara itu, Danau Tolire kecil adalah wujud sang anak.

Jarak dari Danau Tolire besar dan Danau Tolire kecil hanya 200 meter. Danau Tolire kecil berada dekat tepi pantai. Airnya payau, karena jaraknya dekat dengan laut, yakni sekitar 50 meter. Bila mengunjungi Danau Tolire besar, otomatis harus melewati Danau Tolire kecil.

Sayangnya, keindahan Danau Tolire besar lebih menggiurkan ketimbang Danau Tolire kecil. Kebanyakan wisatawan dan warga memilih Danau Tolire besar sebagai tempat wisata. Danau Tolire besar menyerupai loyang raksasa, dengan luas sekitar lima hektar dan kedalaman 50 meter. Keunikan lainnya adalah air Danau Tolire besar berwana hijau saat musim panas dan coklat pada waktu hujan.

Untuk bisa menikmati pemandangan di sekitar Danau Tolire besar,,hanya saja, jarak dari jalan besar ke Danau Tolire lumayan jauh. .

Selain menyimpan cerita memilukan, Danau Tolire besar juga memiliki kekuatan gaib. Masyarakat setempat percaya terdapat buaya siluman yang melindungi danau. Terlebih lagi, pada zaman dulu Danau Tolire besar merupakan tempat penyimpanan harta Sultan Ternate. Harta disembunyikan di dasar Danau Tolire besar, sehingga aman dari incaran Portugis pada abad ke-15.

Kekuatan gaib Danau Tolire besar bisa dibuktikan dengan cara melempar batu ke danau. Dipastikan, batu tidak akan pernah menyentuh permukaan air danau. Batu yang dilempar seperti hilang sebelum sampai ke permukaan danau. Pengunjung bisa membeli batu yang sengaja disediakan oleh warga. .

Seusai menikmati keindahan danau dan mencoba lempar batu, pengunjung bisa beristirahat sejenak di bawah pepohonan besar. Istirahat di bawah pohon rindang akan bertambah nikmat bila ditemani jagung rebus manis dan teh hangat. Makanan dan minuman bisa dibeli di warung-warung kecil yang ada di sekitar Danau Tolire besar.

sumber : indotim.net
READ MORE - Danau Tolire Ternate

BENTENG AMSTERDAM AMBON

Benteng Amsterdam

Terletak di desa Hila, tahun lalu waktu irma ke benteng ini, atapnya bolong karena sedang direnovasi. Oktober kemarin datang lagi, atapnya sudah terpasang rapi. Warna merahnya kinclong banget. Kontras dengan laut biru di belakang benteng. Itu bukan atap asli. Yang masih asli peninggalan Belanda dalam benteng ini adalah lantai batunya, tembok semen, dan kayu-kayu penopang beserta tangga menuju lantai atas. Juga teras kayu di lantai dua. Makanya waktu tahun lalu menjelajahi seluruh pelosok benteng Amsterdam hingga ke lantai paling atas tepat di bawah atap, bapak penjaga temani kita dan kasih tunjuk area-area mana yang aman untuk dipijak. Batu dan semen tentu aman. Tapi ia tidak merekomendasikan kita untuk berdiri di teras kayu. ‘Teras itu jangan dipijak, kayunya sudah lapuk,’ begitu ia bilang. Makanya waktu kemarin lihat Bing, Dianty, Lenny, dan Arini ramai-ramai mejeng di teras itu, irma khawatir teras itu ambruk. Mana kemudian Mas Fahmi ikutan berdiri di sana lagi.

Sama seperti tahun lalu, bapak penjaga minta kita untuk mengisi buku tamu. Senang sekali di buku tamu itu masih ada tulisan kita waktu ke sana di bulan Desember 2006. Di buku itu pun masih terselip fotokopian gambar Benteng Amsterdam menurut Francois Valentijn dalam buku ‘Beschrijving van Amboina’ (Tulisan tentang Ambon). Gambar inilah yang jadi acuan renovasi benteng. Bagaimana dengan meriam, biasanya kan di benteng ada meriam. ‘Dulu waktu saya masih kecil masih ada meriamnya, sekitar sepuluh. Saya ingat itu. Lalu meriam-meriamnya dibawa ke Ambon,’ cerita bapak penjaga. Ke Ambon, apa disimpan di Benteng Victoria, yang sekarang jadi markas militer ? ‘Bukan. Bukan. Yang di Benteng Victoria itu memang benar meriam Benteng Victoria,’ ujarnya kemudian. Lalu beliau mengajak kita ke dalam kantor di sebelah benteng. Di sana kita bisa lihat foto-foto renovasi benteng di tahun 1970an.

Sayang sekali kita tidak ketemu nara sumber yang bisa banyak bercerita tentang Benteng Amsterdam ini. Selain nunjukin fotokopian tadi, bapak penjaga hanya bilang bahwa benteng ini dulu dibangun oleh Portugis pada tahun 1512 kemudian diambil alih oleh Belanda pada abad ke-17. Tapi pada booklet ‘Ambon Island’ dari Kantor Pariwisata Propinsi Maluku, dikatakan bahwa benteng ini merupakan benteng kedua yang dibangun oleh Belanda, setelah benteng Kasteel Van Verre di dekat Seith hancur. Benteng Amsterdam didirikan pada masa perdagangan rempah-rempah di awal abad ke – 17, setelah VOC – Vereenigde Oost Indische Compagnie – dibentuk oleh Heeren Zeventien di Belanda. G.E. Rumphius pernah tinggal di benteng ini, menulis buku-buku tentang flora dan fauna Ambon.


Georg Everhard Rumphius adalah seorang naturalis dan ahli sejarah dari Jerman (1627 – 1702). Selain menulis tentang flora dan fauna Ambon, ia juga menulis tentang gempa dan tsunami yang melanda Maluku dalam bukunya yang berjudul ‘ Waerachtigh Verhael Van de Schrickelijcke Aerdbevinge’. Gempa dan tsunami itu terjadi pada tanggal 17 Februari 1674, mengakibatkan kerusakan parah desa-desa di pesisir utara Pulau Ambon dan bagian selatan Pulau Seram. Buku-buku karya G.E. Rumphius bisa kita lihat di Perpustakaan Rumphius yang dikelola oleh Andreas Petrus Cornelius Sol MSC di komplek Pastoran Paroki Santo Franciscus Xaverius, Ambon.

Memasuki benteng, di dekat pintu masuk kita akan menemui prasasti dengan lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Prasasti tersebut bertuliskan :

BENTENG AMSTERDAM

Mulai Dibangun Oleh : GERARD DEMMER Pada Tahun 1642

Kemudian diperluas dan diperbesar oleh : ARNOLD De VLAMING Van OUDS HOORN

Pada Tahun 1649 hingga Tahun 1656

Dipugar Kembali Oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kantor Wilayah Propinsi Maluku, mulai bulan Juli Tahun 1991 hingga bulan Maret Tahun 1994

Ambon, 16 Pebruari 1997

Kepala Bidang Permuseuman

Jadi sudah beberapa kali benteng ini direnovasi. Tapi tidak banyak yang bisa kita lihat di dalamnya, selain satu bilik kecil di lantai dasar, jendela-jendela dan teras di lantai dua, tangga kayu ke lantai atas, dan kayu-kayu penopang. Tangga dan kayu-kayunya berwarna merah, mengingatkan irma akan Menara Syahbandar di dekat Museum Bahari, di Kota, Jakarta. Hebat ya, udah ratusan tahun umurnya tapi kayu itu masih kokoh menahan bobot kita yang menginjaknya.

Karena tahun lalu udah puas menjelajahi bagian dalam benteng hingga ke lantai paling atas, kemarin irma hanya jalan-jalan di pelatarannya saja. Malas rasanya menghirup aroma lembab di dalam benteng. Lebih enak duduk-duduk di tembok yang langsung berbatasan dengan laut, melihat ke laut dan pantai. Anak-anak itu di pantai ngapain ya, berdiri membungkuk-bungkuk begitu. Apakah mereka sedang mencari ikan yang terperangkap di antara batu karang ?

sumber : eskrim.multiply.com

READ MORE - BENTENG AMSTERDAM AMBON

TAMAN NASIONAL MANUSELA

Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi yang ditetapkan dengan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 dengan luas 189.000 Ha, SK. Menhut No. 281/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 dan merupakan taman nasional tipe C sesuai SK. Menhut No. 6186/Kpts-IV/2002 tanggal 10 Juni 2002. Pada tanggal 1 Pebruari 2007 statusnya menjadi taman nasional tipe B berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007. Kawasan ini merupakan gabungan dari 2 cagar alam yaitu Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual dan ditambah dengan perluasan wilayah Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual. Taman Nasional Manusela (TNM) secara geografis terletak antara 129o9'3"- 129o46'14"BT dan 2o48'24"- 3o18'24"LS. Secara administratif kawasan TNM termasuk di wilayah Kecamatan Seram Utara yang berkedudukan di Wahai dan Kecamatan Seram Selatan di Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmid dan Ferguson kawasan Taman Nasional Manusela termasuk dalam daerah dengan tipe iklim A dengan nilai Q 27,9 . Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 1500-2500 mm dengan temperatur udara 25-35ÂșC dengan kelembaban udara rata-rata 82,90 - 93,50%.

Kawasan TNM berbatasan dengan :

  • Sebelah utara, berbatasan dengan garis pantai sebelah barat Desa Pasahari, Tanjung Mual sampai Labuhan menuju ke selatan Desa Soka menyusuri anak sungai Wai Teluarang menuju Desa Roho, Sawai dan mengikuti garis pantai ke arah barat menuju Desa Saleman.
  • Sebelah Timur, membentang mulai dari Desa Lairuku di Kawasan Seram Selatan ke utara menuju Desa Manusela, Maraina, Kanikeh kembali ke arah timur menuju Desa Hatuolo menyusuri sungai Wae Isal sampai ke Desa Pasahari.
  • Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Laimu, Manoaratu, Tehoru, Mosso, Yaputih sampai ke Desa Saunulu.
  • Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Saunulu dan Tanjung Mual di sebelah selatan terus ke arah barat laut menyusuri Wae Kawa sampai Desa Saleman.

Taman Nasional Manusela secara ekologis memiliki tujuh tipe vegetasi, yaitu berturut-turut dari pantai ke puncak gunung Binaya adalah sebagai berikut:

  • Hutan mangrove (mangrove formation)

Vegetasi mangrove merupakan jalur sempit, letaknya tepat di belakang pantai berpasir yang agak tinggi di sepanjang pantai utara. Perkembangan terbaik terdapat di sepanjang Tanjung Mual dan Muara Wai Isal.

Jenis tumbuhan dominan antara lain Tancang (Sonneratia alba), Bakau-bakauan (Rhyzopora acuminata, Rhyzopora mucronata), Bruguiera sexangula, Api-api ( Avicenia sp) dan Nipah (Nypa fructicans).

  • Vegetasi pantai ( beach formation)

Vegetasi di Taman Nasional Manusela berkembang dengan baik di sepanjang pantai utara yang berpasir. Di daerah pesisir bagian selatan (walaupun di luar kawasan) sudah jarang ditemukan vegetasi pantai alami. Jenis-jenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomea pescaprea, Svinivax litoralis, Terminalia cattapa, Pandanus sp, Casuarina equisetifolia .

  • Hutan rawa dataran rendah (lowland swamp forest)

Formasi ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang perkembangannya kurang baik, letaknya di belakang hutan mangrove di pantai Utara. Jenis-jenis tumbuhan yang dominan adalah Nauclea sp, Ficus nodosa, Baringtonia racemosa, Eugenia sp, Callophyllum soulatri, Callophyllum inophyllum, Alstonia scholaris, Anthocephalus cadamba. Daerah ini, khususnya di sekitar Wai Isal dan Wai Mual. Pada musim kemarau yang berkepanjangan daerah ini sangat rawan kebakaran.

  • Vegetasi tebing sungai (riverbank vegetation)

Tipe vegetasi ini perkembangannya sangat baik di sepanjang sungai-sungai utama: Wai Mual dan lembah Wai Kawa. Jenis-jenis yang ditemukan di daerah ini antara lain: benuang ( Octomeles sumatrana), Ficus sp, Litsea sp, Eugenia spp, Diospyros sp, Vitex gofasus dan Alstonia spectabilis.

  • Hutan hujan dataran rendah (lowland rain forest)

Tipe vegetasi ini menutupi sebagian besar dataran rendah Wai Mual dan lembah wai Kawa di bagian utara sampai dengan ketinggian 500 meter dpl. Jenis-jenis penyusunnya antara lain meranti (Shorea seilanica, Shorea montigena), kayu kapur (Hopea spp), kayu raja (Koompassia malaccensis), kenari (Canarium spp), bintanggur (Callophyllum inophyllum), merbau (Intsia bijuga), pala hutan (Myristica succdaea, Myristica aromatea), dan Podocarpus spp.

  • Hutan hujan pegunungan (mountain rain forest)

Tipe vegetasi ini dijumpai di seluruh pegunungan Murkele, dan gunung Kobipoto, pada ketinggian antara 500 - 1.500 mdpl. Jenis-jenis yang ditemukan adalah Agathis alba, Agathis phillipinensis, Casuarina montana, Duabanga moluccana, Diospyros sp, Pterocarpus blumeii.

Hutan hujan pegunungan juga kaya akan jenis-jenis rotan dan liana, tetapi secara umum dapat dikatakan hutannya dengan tumbuhan bawahnya yang jarang. Pada tempat yang lebih tinggi tumbuhan bawahnya bertambah dengan perdu dari jenis Impatens sp, Dianella sp, Brumania sp, Dacrydium sp, Phyllocladus sp, dan Podocarpus sp

  • Hutan lumut (alpine/moss forest)

Hutan lumut terletak di atas ketinggian 1.500 meter dpl, dan ditandai dengan pohon-pohonnya yang berukuran kecil dengan berbagai bentuk yang tertutup dengan lumut dan paku-pakuan yang biasanya tumbuh di atas tanah atau sebagai epifit. Tumbuhan utama antara lain Rhododendron sp dan Angiostris sp.

Potensi Flora

Kekayaan flora yang dimiliki TNM berupa 187 jenis/genus dari 55 famili diantaranya 97 jenis anggrek dan 598 jenis paku-pakuan (pakis), dimana terdapat jenis endemik paku binaya (Cyathea binayana).

Jenis vegetasi yang ada di TNM mPapua. Jenis flora zona Australia yang terdapat dalam kawasan ini antara lain Eucalyptus spp., sedangkan jenis flora khas Asia meliputi Shorea selanica (Dipterocarpacea) yaitu jenis meranti yang pertumbuhannya paling timur Indonesia, nyamplung (Calophyllum inophyllum), langsat hutan (Aglaia argentea), durian (Durio spp.) dan lain-lain.

Jenis-jenis vegetasi yang ada di TNM terdiri merupakan keturunan flora Asia/Sulawesi yang mempunyai beberapa unsur Australia-dari hutan mangrove dan hutan pantai (0-5 m dpl), hutan dataran rendah (5-100 m dpl), hutan hujan primer dataran rendah (100-500 m dpl), hutan hujan primer pegunungan (500-2.500 m dpl), lumut (2.500-2.600 m dpl).

Vegetasi hutan mangrove ditandai oleh jenis pedada (Sonneratia alba), bakau (Rhizophora apiculata), bidu (Bruguiera sexangula), api-api (Avicennia officianalis) dan nipah (Nypa fruticans). Vegetasi ini letaknya tepat di belakang pantai berpasir yang agak tinggi dan merupakan jalur sempit. Perkembangan terbaiknya berada di sekitar tanjung Wae Mual dan sungai Wae Isal. Dibelakang jalur mangrove pada rawa dataran rendah terdapat jenis-jenis butun darat (Barringtonia recemosa), beringin (Ficus nodosa) dan pulai (Alstonia scholaris).

Perkembangan terbaik vegetasi hutan pantai di sepanjang pantai bagian utara dengan jenis-jenis yang mendominir antara lain tapak kuda/katang-katang (Ipomoea pescaprae), rumput jara-jara (Spinifex littoralis), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus sp.), dan cemara laut (Casuariana equisetifolia).

Potensi Fauna

Pulau Seram hanya memiliki delapan jenis mamalia terestrial yang asli Seram terdiri dari tiga jenis Marsupial, yaitu bandicoot/mapea (Rhyncomeles prattorum), Kusu/Kuskus (Spilocuscus maculatus dan Phalanger orientalis) dan lima jenis Rodensia, yaitu Melomys aerosus, Melomys fulgens, Melomys fraterculus, Rattus ceramicus dan Rattus feliceus.

Di Taman Nasional Manusela dapat dijumpai jenis mamalia yang lebih besar seperti Rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrofa dan S. Celebebsis), anjing liar (Canis familiar), kucing liar (Felis catus) dan musang (Paradoxurus hermaphroditus, Vivera tangulunga).

Ada 26 jenis kelelawar di kawasan Taman Nasional Manusela antara lain Rousettus amplixicaudus, Pteropus melaopogon, Pteropus ocularis dan Macroglossus minimus (Macdenald et al., 1993).

Penelitian tentang burung di pulau Seram sudah dimulai sejak abad 17. Bowler dan Taylor (1993) menguraikan dengan jelas perkembangan penelitian tersebut. Pada saat ini kekayaan jenis burung Seram sudah diketahui sebanyak 196 species burung, 124 spesies diantaranya merupakan jenis menetap sedangkan 72 spesies adalah jenis burung migran. Sebanyak 13 jenis diantaranya merupakan jenis endemik Seram.

Birdlife International Indonesia Programme telah menetapkan Daerah Burung Endemik (DBE) Seram yang mencakup pulau Seram dan pulau-pulau kecil di sekitarnya (Ambon, Saparua, Boano, dan Haruku). 30 Jenis merupakan burung dengan sebaran terbatas, yakni burung yang penyebaran berbiaknya kurang dari 50.000 km², 14 diantaranya endemik (Sujatnika et al., 1995). Jenis burung sebaran terbatas di pulau Seram ada 28 jenis, dimana 8 jenis diantaranya adalah jenis burung endemik. Kasturi tengkuk ungu (Lorius domicella) dan Kakatua Maluku (Cacatua moluccensis) kondisinya sekarang terancam punah, karena adanya penangkapan untuk diperdagangkan (Shannaz et al., 1995). selain dua jenis di atas, terdapat jenis burung endemik lain seperti Diacrum vulneratum, raja udang (Halycon lazuli, H.sancta dan Alcedo atthis), Nuri Raja/Nuri Ambon (Alisterus amboinensis), Nuri Kepala Hitam (Lorius domicella), burung madu besar (Philemon subcorniculatus), serta Kasuari (Casuarius casuarius) .

Studi tentang reptilia di pulau Seram masih jarang. Penelitian yang dilakukan pada Ekspedisi Operation Raleigh di kawasan Taman Nasional Manusela menemukan 46 jenis reptilia, terdiri dari kura-kura air tawar (1 jenis), penyu laut (4 jenis), buaya (1 jenis), kadal (24 jenis) dan ular (17 jenis) (Edgar dan Lilley, 1993).

Tingkat endemisme reptil di pulau Seram termasuk rendah, hanya satu jenis kadal endemik Seram, yaitu Dibamus seramensis. Terdapat pula Soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), Dua jenis ular Calamaria ceramensis dan Thyphlops kraai walaupun sedikit ditemukan juga di pulau-pulau sekitarnya. Buaya (Crocodylus porousus) sering dijumpai di sungai Wae Toluarang dan Wae Mual.

Dalam kawasan Taman Nasional Manusela terdapat 8 jenis amphibia yang tergolong dalam famili Ranidae, Hylidae dan Microhylidae. Jenis-jenis yang termasuk dalam famili :

  • Ranidae adalah Platymantis papuensis, Rana modesta dan Rana grisea ceramensis
  • Hylidae adalah Litoria vagabunda, Litoria sp. (Bicolor group), Litoria amboinesis, Litoria infrafenate
  • Microhylidae adalah Phrynomantis fusca

Jenis kupu-kupu yang terdapat dalam Taman Nasional Manusela diperkirakan sebanyak 90 jenis (FAO, 1981), antara lain famili :

  • Papilionidae yaitu Ornithoptera priamus, Ornithoptera goliathorocus, Papilio ulysses, Papilio fuscusfuscus, Grafthium stresemani.
  • Pieridae yaitu Si cantik Delias manuselensis, Delias sp., Hebomoia leucippe leucippe, Valeria jobaea eisa, Enaema candida candida.
  • Danidae yaitu Idea idea, Danaus chovsippus, Danaus hanata nigra, Eupolea ciimena melina, Eupolea sp.

Ada beberapa jenis kupu-kupu endemik Seram yaitu Epimastidia staudingeri dan Hypochrysops dolechallii

Potensi biota perairan baik di sungai maupun di air laut belum dilakukan penelitian secara mendetail, walaupun secara umum dapat dikatakan bahwa di sepanjang pantai utara antara Sasarata sampai dengan Pasahari maupun di Tanjung Sawai memiliki potensi yang sangat baik.

Dengan demikian maka perlu ditargetkan adanya suatu penelitian terpadu mengenai potensi perairan, sehingga dapat dilakukan suatu kajian secara lengkap.

Kondisi Topografi

Kawasan Taman Nasional Manusela yang mencakup 20% dari keseluruhan luas pulau Seram, keadaan topografinya sebagian besar bergelombang dan lahannya merupakan pegunungan kapur. Topografi yang ada ini mulai dari dataran(dataran Mual) di bagian utara, bergelombang sedang- berbukit sampai bergunung-gunung dengan ketinggian 0 - 3027 meter di atas permukaan laut.

Kemiringan berkisar antara 30 - 60 % mulai dari gunung Markele sampai gunung Binaya yang merupakan puncak tertinggi. Sebagian besar kawasan ini memiliki kelerengan yang sangat terjal dengan lembah-lembah yang dalam. Bagian yang relatif landai terletak di bagian utara sekitar Wahai dan Sasarata serta bagian selatan di daerah Hatumete, Hatu dan Woke.

Berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut, kawasan Taman Nasional Manusela dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:

a. Dataran rendah di bawah ketinggian 500 meter dpl
b. Dataran tinggi antara 500 - 1500 meter dpl
c. Daerah pegunungan dengan ketinggian antara 1500-2500 meter dpl
d. Zona sub alpin dengan ketinggian antara 2500 - 3027 meter dpl

Potensi objek wisata

TNM dikenal sebagai objek wisata alam dengan daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang indah dan menarik serta topografi berbukit-bukit di antaranya tepi Markele, lembah Manusela, tepi Kobipoto, dataran Mual sebelah utara dan lembah Wae Kawa di sebelah selatan. Atraksi yang bisa dinikmati adalah menjelajah hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/tumbuhan.

Kawasan TNM banyak memiliki keunikan dan kekhasan, seperti lembah Manusela dengan pemandangan alamnya yang menarik dan keadaan iklimnya yang segar dan menyenangkan, lembah Piliana yang kaya akan jenis kupu-kupu, Sawai dengan aneka karang lautnya yang indah sangat cocok untuk kegiatan snorkeling dan diving disamping itu di daerah Sawai dan sekitarnya juga dapat dinikmati pemandangan tebing sawai yang indah atau wisata tirta yang dapat dinikmati dengan menggunakan fasilitas kapal cepat dan longboat milik Balai TN. Manusela. Pusat informasi TN. Manusela juga terdapat di Negeri Sawai tepatnya di sekitar Dusun Masihulan. Pengelolaan wisata alam di Sawai dan sekitarnya melibatkan multipihak seperti LSM (Yayasan Wallacea yang mengelola PRS Masihulan), Pemerintahan Negeri Sawai sebagai perwakilan Pemerintahan Daerah Maluku dan pihak masyarakat atau pengusaha yang berperan aktif dalam mengembangkan kegiatan wisata alam di daerah Sawai dan sekitarnya , air panas di Tehoru serta kegiatan safari rusa di padang Pasahari.

Di kawasan TNM banyak ditemukan bunga anggrek, bunga bangkai (Rafflesia sp.), hutan yang khas dan indah, vegetasi alpin dan pakis endemik yang sangat disukai rusa karena merupakan pakan rusa yang enak. Selain itu, TNM dapat dimanfaatkan sebagai sarana/tempat penelitian lapangan karena keanekaragaman flora dan fauna langka dan endemik, penelitian farmasi (jenis tanaman obat-obatan) serta penelitian jenis tanaman yang merupakan makanan alternatif bagi masyarakat.

Selain itu, di luar kawasan TNM pada daerah penyangga pada beberapa objek wisata seperti penginapan terapung di Teluk Sawai, budi daya mutiara, sumber air panas (Geiser) di Tehoru, jembatan tali dan menara pengintai secara alam dan tali-temali hutan di Piliana dan Masihulan, serta wisata budaya berupa adat istiadat kebudayaan dan upacara suku asli Pulau Seram di sekitar TNM.

Musim kunjungan terbaik adalah bulan Mei s.d Oktober setiap tahunnya.

Aksesibilitas:

Lokasi TNM dapat dicapai melalui Wahai dan Saleman dari arah pantai utara atau melalui Tehoru. Alternatif-alternatif rute perjalanan menuju TNM dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Dari Ambon ke Saleman-Wahai dapat ditempuh dengan menggunakan kapal motor yang memakan waktu 24 jam. Kapal motor ini memiliki jadwal perjalanan 3 kali seminggu. Perjalanan dari Wahai ke lokasi taman nasional dapat ditempuh dengan jalan kaki.
  • Lewat pantai selatan, TNM ditempuh melalui kota Ambon ke Tehoru-Saunulu-Mosso dengan kapal motor yang memakan waktu 9 jam. Jadwal kapal motor berjalan adalah 4 kali dalam seminggu. Perjalanan selanjutnya ke lokasi taman nasional hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki.
  • Perjalanan lewat darat dapat dilakukan dari Ambon ke Tulehu dengan waktu tempuh 45 menit. Selanjutnya dari Tulehu ke Amahai dapat dicapai dengan long boat cepat yang memerlukan waktu 1 jam 45 menit. Perjalanan dari Amahai ke Tehoru dilakukan lewat jalan darat selama 3 jam selanjutnya diteruskan dengan speed boat ke Saunulu/Mosso selam 30-60 menit. Pengunjung dapat pula memilih rute perjalanan darat menuju taman nasional bagian utara. Rute ini ditempuh dari Amahai ke Saleman melewati Masohi yang membutuhkan waktu 3 jam dilanjutkan dengan speed boat menuju Wahai yang memakan waktu 2 jam.
  • Perjalanan memasuki TNM dari Saunulu/Mosso dilakukan dengan jalan kaki melalui jalan setapak dan mendaki tebing-tebing pegunungan sehingga pemandu dan pembawa barang sangat diperlukan.
  • Dari sisi utara, kawasan TNM dapat ditempuh melalui jalan trans-Seram dari Wahai ke Sasarata. Rute ini dapat dilalui roda empat. Selanjutnya dari Sasarata menuju kawasan taman nasional bagian tengah/selatan dapat ditempuh dengan jalan kaki menuju jalan setapak yang menghubungkan Kaloa-Hatuolo Maraina, dan Manusela. Perjalanan ini memerlukan waktu kurang lebih 2 hari.
  • Apabila pengunjung membawa kendaraan roda empat, perjalanan dilakukan dari Ambon ke Liang dengan waktu tempuh ± 1,5 jam. Selanjutnya dari Liang ke Kairatu ditempuh selama ± 2 jam dengan menggunakan ferry. Dari Kairatu ke Saka ditempuh dengan jalan darat selama ± 3,5 jam.
  • Rute terbaru untuk menuju Taman Nasional bagian utara yaitu dari Ambon bisa langsung menggunakan pesawat Merpati jenis twin otter Menuju ke Wahai, dari Wahai ke Sasarata dan selanjutnya perjalanan dilakukan dengan jalan kaki menuju kawasan.

Informasi dan Perijinan :
Balai Taman Nasional Manusela
Jalan Kelang no 1 kotak pos 09 Masohi 97511 Maluku Tengah
Telpon /fax (0914) 22164

sumber : www.dephut.go.id
READ MORE - TAMAN NASIONAL MANUSELA

Wisata Bahari Laut Banda


Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari kota Ambon selama satu malam.

Kegiatan wisata bahari di perairan Banda beraneka ragam, seperti melihat taman laut dari atas perahu, menyelam, memancing ikan tuna dan cakalang, melihat ikan paus, lumba-lumba, termasuk berbagai jenis ikan dan kerang purba yang saat ini disuakakan seperti ikan Napoleon, burung laut yang berenang dan terbang dekat serta menyaksikan Arombai Manggurebe (Lomba Belang atau balap perahu) dari pantai.

Acara yang tak kalah menarik lainnya adalah acara timba uli yang bisa disaksikan setiap tahun dua kali yaitu pada bulan Maret dan April pada menjelang malam bulan 15 hari (dilangit) pukul 17.00 sampai dengan 20.00 WIT. Timba uli adalah “pesta laut” masyarakat Banda untuk menangkap hewan laut sejenis ulat laut berwarna hijau yang panjang (menyerupai benang) dan berbulu. Pada acara ini, berhamburan masyarakat Banda ke pantai, laki dan perempuan, tua dan muda.
Dengan mambawa alat tangkapan uli (alat tangkap uli) menyerupai serok (bahasa Jawa Timuran) terbuat dari kain halus dan berbagai jenis lampu, menunggu keluarnya uli dari dasar pantai pesisir laut kemudian ditangkap. Hasil tangkapan uli kemudian dimasak dengan bumbu khusus kemudian menjadi sajian khas, lezat dan bergisi tinggi yang dimakan dengan sagu atau singkong rebus

Musim kunjungan sebaiknya pada pada musim teduh (musim laut tidak berombak), yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, September, Oktober dan Nopember. wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan tuna dan cakalang.

Jasa pelayanan guide dapat membantu wisatawan untuk menggunakan alat-alat pancing, sekaligus menjelaskan proses penangkapan ikan cakalang yang dilakukan oleh nelayan.
Di Pulau Banda terdapat banyak toko yang menjual berbagai souvenir, seperti miniatur kapal dalam botol, anyaman bambu alat memetik pala dan benda-benda replika peninggalan Belanda dan Portugis. Terdapat pula beberapa guest house yang disewakan untuk menginap

Meyelam di Kepulauan Banda

Kepulauan Banda adalah salah satu tempat yang paling indah untuk menyelam di Indonesia. baik yang sudah ahli menyelam maupun pemula ,menyelam Mulai dari Banda Neira ke tembok vertikal di Pulau Hatta. Ketika menyelam kadang-kadang terlihat ikan hiu, penyu, ikan tuna, lobster dan baraccuda besar. Pulau Banda merupakan grup pulau-pulau vulkanik kecil di Laut Banda, sekitar 140km sebelah selatan pulau Seram dan sekitar 2000km timur Jawa, dan merupakan bagian dari provinsi Maluku. Pusat administratif Bandanaira, terletak di pulau Pulau Banda
Tempat untuk Menyelam di Pulau Banda.
Sonegat: Ini adalah tempat terdekat untuk menyelam. sekitar 5 menit dari pantai. Lokasi Sonegat yaitu laut antara Banda Neira dan Gunung (Gunung Api).
Keraka Island: Keraka Island atau beberapa orang mengatakan pulau Kepiting. ibarat sebuah karpet pasir terhampar di pantai utara sebuah tempat yang sangat indah untuk piknik. Di bagian selatan pantai ada beberapa dinding setinggi 18 meter yang ditutupi oleh tunicata biru dan kuning . Di sebelah timur pantai, Anda bisa melihat di kedalaman 10 meter, berbagai ikan batu karang dan sekelompok barracuda.
Sjahrir Island dan The Kapal Stone: atau yang sebelumnya dikenal sebagai Pulau pisang dan Batu Kapal hanya 20 menit dari Banda-Neira dengan menggunakan perahu. Ini dua tempat yang baik untuk kegiatan menyelam di pagi hari, dan kegiatan menyelam di sore hari.
Lontar Island: semacam pagar paling luar dari Pulau-pulau, bagian pinggiran kaldera cekung, tempat yang baik untuk merpati.
Batu Belanda: di tempat ini, Anda akan menemukan beragam barrel dan tube sponge, dan gua-gua kecil dan celah. Ikan yang berada di daerah ini sangat bervariasi dan beragam: sekelompok snappers, besar Kaisar, dan biru-girdled angelfish, wrasses.
A i Island: pulau ini menawarkan tempat menyelam terbaik di Pulau Banda. Baik di pantai utara dan selatan dan barat dari Pulau Ai, dikelilingi dengan tembok karang yang sempurna. Sangat beautifull
Hatta Island: Pulau Hatta hanya 25 Km Pulau Banda-Neira. Sebuah karang bisa berada di bawah permukaan air laut yang ditemukan beberapa ratus meter dari sebelah selatan Pulau Hatta. Untuk sebuah karang yang muncul ke permukaan bumi, Anda dapat melihat parade dari unicornfish, Fusiliersm Jack Fish, dan Rainbow Runners, sering tampak Whitetip Sharks.
[referensi : potretmaluku.com]

sumber : indotim.net
READ MORE - Wisata Bahari Laut Banda

Pantai Natsepa Ambon

Pantai Natsepa yang ramai pengunjung

Pantai Natsepa yang terletak di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, merupakan lokasi wisata yang sangat dikenal di Kota Ambon. Pantai yang terletak sekitar 18 KM dari pusat Kota Ambon tersebut sering menjadi pilihan warga Kota yang ingin menikmati hari liburnya.
Pantai ini landai, lebar dan sangat terkenal sejak dulu, dengan pasir putihnya yang halus. Untuk mencapai pantai ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat, atau angkutan umum trayek suli, memasukki daerah wisata ini, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan diluar pantai dengan deretan penjual-penjual rujak maupun makanan lainnya.

sudut lain pantai Natsepa Ambon

Rujak Natsepa atau Rujak Suli sudah sangat terkenal bagi masyrakat Kota Ambon, penganan yang dijual dengan harga Rp. 5.000 satu porsi ini, sangat asyik dinikmati sambil menikmati.
Objek Wisata ini menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung antara lain beberapa shelter yang dapat digunakan sambil menikmati indahnya pantai dan pemandangan Teluk Baguala. Tarif masuk ke lokasi wisata ini, untuk orang dewasa dipungut biaya sebesar Rp. 1.000,- kendaraan roda dua Rp. 1.000,- dan kendaraan roda empat Rp. 2.000,-. Menikamti hari libur di pantai yang sangat indah ini, para pengunjung juga dapat menikmati berbagai pertunjukkan yang diberikan pengelola, pertunjukkan itu antara lain atraksi bambu gila, ataupun permain lainnya.

sumber : www.indonesia.go.id
READ MORE - Pantai Natsepa Ambon

Lok Uap di Muaro, Sisa Jalur Kereta Api Maut Muaro Sijunjung – Pekanbaru

Minggu, 01 Agustus 2010

Lokomotofif Uap di Muaro Sijunjung

MENYUSUR kawasan yang rusak diguncang gempa Sumatra Barat akhir 30 September lalu, maka jalur transportasi tak akan luput dari pantauan. Jalur transportasi tertua di Sumatera Barat, sama seperti di Jawa, tak lain adalah jalur kereta api. Sebelum menengok jalur kereta api yang melintas di Padang, ada baiknya kita menjenguk jalur yang agak berbeda, baik dari sisi kesulitan kawasan maupun dari proses pembangunan.

Jika semua jalur kereta api dibangun oleh Belanda, maka untuk jalur ini dibangun di masa pendudukan Jepang. Jalur mati ini tak lain adalah jalur Muaro Sijunjung - Pekanbaru. Yang menarik di kawasan hutan Sumatera ini tak lain adalah sisa lok uap zaman Jepang yang hingga kini masih teronggok di kawasan Muaro Sijunjung. Berdiri sendiri dengan kondisi yang sudah tak lengkap dan karatan, lok uap yang dari rodanya samar-samar terlihat angka 1904 itu sengaja ditempatkan di pinggir jalan kecil di antara hutan sebagai benda cagar budaya.

Untuk tiba ke lokasi, bukan hal yang mudah karena harus melewati jalanan sempit di antara hutan, sungai lebar, dan tebing-tebing. Jarak dari Sawahlunto ke Sijunjung sekitar 15 km tapi harus melalui jalan berkelok yang curam dan sulit dilalui. Rupanya kisah lok uap ini merupakan kisah penindasan puluhan ribu Romusha yang dipaksa bekerja oleh Jepang. Lok uap ini di masa Jepang pernah jadi lok yang menarik kereta di jalur Muaro - Pekanbaru.

Jalur kereta api Muaro-Pekanbaru (Logas), menurut pecinta sejarah kereta api, Tjahjono Rahardjo, selesai dibangun pada 15 Agustus 1945. Jalur yang kini sudah tak lagi terlihat bekasnya itu juga merupakan kuburan massal sekitar 50.000 romusha. Jalur Muaro - Pekanbaru merupakan bagian dari jalur yang direncanakan pemerintah Belanda untuk menghubungkan pantai timur dan barat Sumatera. "Tapi hambatannya sangat berat; banyak terowongan, viaduk dan jembatan harus dibangun. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlandsche-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).

Tahun 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia, mereka menemukan rencana itu. Jalur rel itu akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. "Jalur itu memperpanjang jaringan Staatsspoorwegen ter Sumatra Weskust (SSS) sepanjang 215 ke pelabuhan Pekanbaru," begitu tulis Tjahjono.

Material kereta api yaitu rel, lokomotif, dan gerbong didatangkan dari tempat lain termasuk beberapa lokomotif bekas Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) dan Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Dalam referensi lain disebutkan, sebagian besar trayek Muaro-Pekanbaru sepanjang 220 km mengikuti jalur yang dirancang Staatsspoorwegen (SS) pada dasawarsa 1920-an, yang karena krisis ekonomi batal dibangun. Jalur rancangan ini memiliki tanjakan maksimum satu persen. Sekitar 85 persen jalur yang dibangun Jepang mengikuti rencana ini, namun tanjakan maksimum menjadi dua persen.

Perihal jalur kereta api maut, sejarah mencatat, Jepang menorehkan kisah kejam tak hanya di jalur Muaro Sijunjung – Pekanbaru, tapi juga di Banten Selatan di jalur Saketi – Bayah. Sebelumnya, Jepang sudah membuka jalur kematian dari Thailand ke Burma. Sebuah jalur kereta api yang juga sudah direncanakan oleh pemerintah Inggris, namun karena kondisi alam yang berat maka rencana itu dikesampingkan. Jepanglah yang kemudian mengacak-acak dokumen Belanda dan Inggris dan menemukan rencana jalur tersebut untuk kemudian mewujudkannya melalui tangan, darah, dan nyawa para romusha yang tak hanya terdiri atas bangsa Indonesia tapi juga Australia, Inggris, Amerika, dan Belanda.

Jadi selama Perang Dunia II (1938-1945) Jepang membangun tiga jalur kereta api di dua wilayah di Asia Tenggara yaitu jalur Thailand-Burma, Muaro Sijunjung-Pekanbaru, dan jalur Saketi-Bayah. Jepang menggunakan tahanan yang dipaksa kerja dan seperti dikirim ke neraka karena puluhan ribu jiwa melayang dalam proyek pembangunan jalur kereta api tersebut. Jalur kereta api di dua wilayah Indonesia itu tak lagi bersisa, seperti juga tragedi kekejaman Jepang yang seakan terlupakan.

Meski lok uap ini dijadikan cagar budaya, sayangnya lebih banyak orang yang tak tahu akan keberadaannya. Bahkan banyak orang tak tahu ada jalur kereta api Muaro Sijunjung-Pekanbaru. Lokasi cagar budaya berupa sisa lok uap di Muaro juga jadi salah satu kendala, yaitu di hutan Sumatera, meski panoramanya indah, dengan jalanan di sepanjang aliran sungai Batang Kuantan, tapi tak ada penanda yang menunjukkan arah lokasi.

Lokasi lok uap sisa jalur maut Sumatera itu ada di Jorong Silukah Nagari Durian Gadang Kecamatan Sijunjung. Lokomotif uap itu ditemukan masyarakat Silukah pada tahun 1980 saat pembuatan jalan darat dari Silokek ke Durian Gadang dan terus ke Tapus.

Selain di Silukah, jalur kereta api itu juga melewati Silokek, di mana romusha yang baru didatangkan dari Jawa, diturunkan di daerah Ngalau Cigak Nagari Silokek. Di sepanjang jalur Silukah-Silokek inilah terdapat kuburan masal dari ribuan bahkan puluhan ribu romusha. Silokek kini jadi tempat wisata karena pemandangannya.

Sumber: http://www.kompas.com
READ MORE - Lok Uap di Muaro, Sisa Jalur Kereta Api Maut Muaro Sijunjung – Pekanbaru

NGALAU BASUREK



Bicara tempat wisata baik alam, sejarah, petualangan dan budaya datanglah ke Sijunjung. Kabupaten Sijunjung memiliki segudang tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Anda akan disuguhi panorama alam yang indah dan tidak ada di tempat lain. Kita akan menikmati keelokan Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga).

Bagi Anda yang berasal dari luar Kabupaten Sijunjung, Anda dapat menuju Muaro Sijunjung dari tiga gerbang masuk, pertama dari selatan (Jambi, Teluk Kuantan, Dharmasraya) anda masuk dari Simpang Tanah Badantung menempuh + 10 KM untuk sampai ke Muaro Sijunjung, kedua dari arah Barat (Padang, Solok, Sawahlunto) Anda masuk dari Simpang Muaro Bodi menempuh jarak + 8 KM menuju kota ini, dan dari arah utara (Batusangkar, Bukittinggi, Payakumbuh, Pekanbaru) anda harus menempuh jalur Jalan Negara Lintau Setangkai menuju Tanjung Ampalu dan + 7 KM Anda akan sampai di Muaro Sijunjung.

Jika ingin menginap di kota kecil nan asri dan damai ini ada tiga penginapan mulai dari kelas hotel bintang tiga sampai kelas melati, yakni Hotel Bukit Gadang, Wisma Anggrek dan Penginapan Muaro Indah. Dengan tarif bervariasi mulai dari Rp.250.000 sampai Rp.75.000,- Anda dapat tidur dengan nyaman dan bermimpi indah di keheningan malam.

Perjalanan menuju kawasan Musiduga dimulai dengan melewati jembatan Ombilin dengan sepanjang +150 m, melewati jalanan kecil yang menurun mendaki dan berliku dibalut oleh hutan dan perbukitan batu terjal menelusuri ke hilir Daerah Aliran Sungai Batang Kuantan nan indah. Jalur ini merupakan bekas jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan Jepang dengan sistem kerja paksa atau lebih dikenal denga Romusha.

Aliran sungai yang deras sangat bagus untuk olahraga petualang arum jeram. Untuk ini pemkab setempat telah menyediakan dua unit perahu karet yang dapat digunakan dengan menghubungi pihak terkait, + 4 KM atau 15 menit perjalanan mobil Anda akan menemui sebuah ngalau atau gua di tepi jalan.

Di ngalau yang dikenal dengan nama Ngalau Basurek terdapat dua gazebo yang dapat digunakan sebagai tempat rehat menikmati sejuknya alam. Memasuki ngalau ini dapat dilakukan dengan mengunakan senter, lampu petromak dan obor yang telah disediakan oleh pedagang kaki lima yang selalu ada di setiap hari libur tepat di mulut ngalau tersebut. Menelusuri ngalau yang dialiri sungai kecil didalamnya membuat adrenalin Anda teruji, hawa dingin dan gelap akan menemani Anda disertai lalu lalang kelelawar dan burung walet.

Gemericik air yang jatuh dari stalaktit membawa zat kapur membentuk stalakmit nan indah menawan akan membuat Anda terpesona dan menghilangkan kesan seram ketika Anda memasuki ngalau tersebut dan mungkin akan membuat Anda penasaran dan ingin masuk lebih dalam lagi. Namun Anda tetap harus hati-hati karena jalanan licin dan batuan dapat membuat jiwa Anda terancam.

Kepuasan Anda tidak hanya sampai di situ saja, berlalu dari gua Anda akan disuguhi tebing batu yang curam di kiri kanan aliran sungai. Jika Anda mendongkak ke atas akan terlihat lagi ngalau menganga di dinding bukit batu tersebut. Areal bukit ini juga sering digunakan untuk olah raga panjat tebing. Jika Anda memiliki kegemaran olah raga ini, Anda dapat mencobanya. Anda tak perlu susah payah lagi mencari jalurnya karena beberapa jalur pemanjatan telah dirintis oleh Kelompok Pecinta Alam.

Lima menit perjalanan dari Ngalau Basurek, Anda akan bersua dengan hamparan pasir indah nan putih dan halus, meski tidak berada di tepi lautan namun ini menjadi satu-satunya pasir (Pasia: orang Padang menyebutnya untuk daerah pantai/tepi laut) di kabupaten ini, walau berada di tepi sungai, putih dan halusnya pasir ini tak kalah dengan yang di tepi laut.

Pasir putih nama yang pantas untuk dijuluki pada hamparan ini, di sini Anda dapat bercamping ria dengan mendirikan tenda dan bagi yang gemar memancing Anda cukup melemparkan kail dari tenda Anda ke aliran Sungai Kuantan.

Sungguh nikmat memandangi kekuasaan Tuhan yang tak ternilai harganya ini. Lebatnya hutan di perbukitan cadas dan indahnya relief-relief batu yang di ukir oleh alam serta liukan burung walet dan kelelawar yang keluar dari Ngalau yang ternganga pada tebing bukit tepat diseberang sungai membuat anda akan betah berlama-lama menikmati pesona ini.

Sebaiknya Anda tidak melakukannya di musim hujan karena Pasir Putih ini akan digenangi air sungai Kuantan yang meluap sekaligus akan meratakan dan menghaluskan pasir ini lagi.

Berlalu dari Pasir Putih anda akan melewati Koto Nagari Silokek nan damai. Kira-kira 3 KM berjalan memasuki nagari Duarian Gadang Anda akan tergoda dengan kehadiran sebuah Air Terjun. Jika Anda membawa kendaraan anda harus memarkir kendaraan di tepi jalan, dengan tarif Rp. 1.000 s/d 2.000 per kendaraan yang di kelola oleh pemuda setempat, kendaraan Anda akan aman untuk ditinggalkan.

Menuju air terjun ini Anda harus ekstra energi dan ekstra hati-hati, jalan setapak nan curam dengan kemiringan 60 derjat membuat nafas anda ngos-ngosan, namun semua itu akan terbayar ketika anda memasuki kawasan air terjun ini, hempasan air dari ketinggian 40 M ini membuat embun yang tak henti-hentinya menyejukan dan peluh yang keluar sebelumnya akan bersenyawa dengan embun air nan dingin dan sejuk ini membuat suasana semakin segar.

Setelah puas bermain dengan sejuknya air terjun terus menelusuri hilir Batang Kuantan nan indah anda akan bertemu dengan seonggok besi tua, sebuah benda cagar budaya peninggalan Penjajah Jepang yang terletak di pinggir jalan Durian Gadang - Silukah, kurang lebih 1,5 KM dari Pasar Durian Gadang. Lokomotif Uap nan kokoh masih bertengger memutarkan pikiran kita akan kejamnya penjajahan Jepang memperlakukan bangsa kita secara paksa untuk membangun jalan kereta api menuju Logas Propinsi Riau.

Dari situs ini + 1 KM anda akan menemukan situs yang lebih tua lagi, yakni dua bongkah batu yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Basurek dan Batu Tempat duduk dengan posisi menelungkup, konon menurut penduduk setempat seperti yang di utarakan pak Syafri batu ini berasal dari Negeri jiran Malaysia tepatnya Negeri Sembilan yang mengirimkan utusannya membawa beberapa batu menuju Sumpur Kudus, namun karena tidak sanggup lagi membawanya dua batu ini ditinggalkan begitu saja di Silukah ini. Sedangkan satu batu lagi berhasil sampai di Sumpur Kudus yaitu Batu Lesung. Pada batu ini terdapat tulisan yang di ukir seperti Cap kuno dengan alas bergambar bunga Teratai. Konon batu seukuran dengan helm Standar ini akan terasa berat diangkat jika kita takabur. Jaman dahulu daerah ini merupakan rute jalan kuda dari Rengat Riau menuju Sumpur Kudus dimana bermukimnya Raja Abadi pada masa itu. Berjalan 1.5 KM dari tempat tersebut anda akan melewati jembatan gantung melintasi Batang kuantan yang beraliran deras. Di sisi kanan jembatan tersebut terdapat sebuah gua nan indah yang di aliri oleh air nan jernih, namun untuk memasukinya anda harus membawa perlengkapan sendiri, karena pada ngalau yang diberi nama ngalau Silukah ini tidak tersedia obor sewaan seperti pada ngalau Basurek sebelumnya.

Sumber : osrac.blogspot.com
READ MORE - NGALAU BASUREK