Tampilkan postingan dengan label kalimantan barat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kalimantan barat. Tampilkan semua postingan

Robok-Robok, Aset Wisata Budaya Mempawah

Kamis, 08 Juli 2010

Perahu bermuatan pangeran ratu melaju tenang diatas permukaan air Sungai Mempawah. Perahu lancang kuning yang tersohor itu bertolak dari Keraton Amantubillah. Setibanya di muara, seorang punggawa keraton mengumandangkan azan. Selepas itu, putra mahkota dan punggawanya membuang sesajain ke laut sebagai talak bala. Begitulah inti kegiatan robok-robok yang berlangsung di Kuala Mempawah, pertengahan Maret lalu. Sejak pagi, masyarakat berbondong-bondong memadati lapangan di tepi Sungai Mempawah, sekitar 200 meter dari muara. Menjelang siang pengunjung yang datang semakin membludak. Bukan cuma warga Kuala Mempawah, tapi juga hanyak yang datang dari berbagai kampung di Kabupaten Pontianak. Bahkan tak sedikit warga Kota Pontianak yang sengaja datang dengan menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam.

Sejumlah pasangan muda-mudi datang menggunakan sepeda motor. Beberapa keluarga menggunakan mobil pribadi. Ada juga beberapa rombongan yang datang menggunakan mobil bak terbuka dan truk. Alhasil, sekitar 200 meter dari mulut jalan menuju lokasi terjadi kemacetan. Terlebih di sepanjang jalan menuju lapangan terdapat kios-kios para pedagang yang menjajakan berbagai produk, seperti pakaian, makanan, minuman, aksesoris, vcd, dan sebagainya.

Kendati hari itu cuaca begitu panas, matahari bersinar terik, namun tak mengendurkan niat orang untuk datang. Tujuan mereka satu, ingin menyaksikan robok-robok sekaligus berbelanja dan menikmati hiburan gratis. Beberapa turis asing pun nampak di antara ratusan pengunjung lokal.

Di lapangan, sejumlah tamu sudah menempati kursi-kursi beratap tenda besar yang menghadap sungai. Pengunjung yang tidak kedapatan kursi berdiri di bibir sungai. Tak lama kemudian perahu kuning yang membawa rombongan Pangeran Ratu dari Istana Amantubillah, DR Ir. Martian Adijaya Kesuma Ibrahim, MSc melaju di atas permukaan air Sungai Mempawah, sekitar 20 meter dari tempat para tamu duduk. Ketika memasuki Muara Mempawah, Pangeran Ratu dijemput oleh putra mahkota dan sejumlah punggawa keraton dengan menaiki perahu lancang kuning.

Di Muara Mempawah, seorang punggawa keraton mengumandangkan azan dari atas perahu. Selepas itu, putra mahkota melakukan ritual buang-buang sesaji ke laut sebagai talak bala. Selanjutnya, Pangeran Ratu dan permaisuri mendatangi para undangan, sedangkan putra mahkota kembali ke keraton.

Perayaan tradisi robok-rohok kali ini agak berbeda, lebih istimewa daripada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, perayaan yang dipusatkan di Sungai Mempawah dihadiri Raja dan Ratu serta perwakilan dari sejumlah keraton di Indonesia yang tengah mengikuti Festival Keraton Nusantara II. Mereka menjadi tamu spesial yang disertakan melihat langsung perayaan tradisi robok-robok.

Selepas acara seremonial pembukaan Pagelaran Seni Budaya Keraton Nusantara II dan Festival Seni Budaya Melayu IV se-Kalbar, para undangan dihibur dengan persembahan tari-tarian khas Kal-Bar. Ada tarian anging mamiri, khas Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Kemudian tarian selamat datang khas Melayu yang dibawakan beberapa penari perempuan dengan mengenakan pakaian berwarna kuning. Dan dilanjutkan dengan tarian 6 gadis cilik yang sempat mencuri perhatian undangan.

Usai pembacaan doa penutup, para raja, ratu dan undangan dijamu oleh Pangeran Ratu makan siang di Istana Amantubillah. Prosesi makan siang ini menggunakan tradisi saprahan atau makan bersama khas masyarakat yang tinggal di pesisir. "Dahulu ketika Opu datang di Memawah belum ada rumah. Mereka kemudian duduk dan makan bersama di tepi sungai beratap langit. Tradisi ini kemudian dilakukan masyarakat Mempawah secara turun temurun," tandas Pangeran Ratu Mardan. Usai bersantap, beberapa undangan melakukan ziarah ke makam Ompu Daeng Manambon.

Makna Harmonis

Makna perayaan tradisi robok-robok menurut Pangeran Ratu Mardan sebagai napak tilas kedatangan Opu Daeng Manambon. "Ketika itu para pengikut Opu Daeng Manambon, terdiri atas berbagai etnis dan agama," katanya. Dengan begitu robok-robok diyakini sarat dengan pesan persatuan dari semua etnis dan agama yang ada di Kalbar. Pesan itu merupakan warisan yang ditinggalkan Opu Daeng Manambon ketika mendirikan Kota Mempawah.

"Mereka berkumpul pada hari Rabu akhir bulan Safar. Bersama-sama mereka membangun Mempawah. Tadi ada makna harmonis antar etnis dan agama dibalik perayaan robok-robok ini," jelas Pangeran Ratu Mardan.

Bukti lain dari adanya keharmonisan itu, lanjut Mardan, bisa dilihat di kompleks pemakaman Opu Daeng Manambon. Di makam tersebut juga terdapt makam Panglima Hitam orang Dayak, Patih Humantir dan Damarwulan orang Jawa, Lo Tai Pak orang Tionghoa, dan beberapa makam etnis lainnya.

Sedangkan Gubernur Kalbar H. Usman Jafar mengatakan robok-robok merupakan aset pariwisata Kalbar. "Peringatan robok-robok tahun ini yang disatukan dengan Festival Melayu dan Festival Keraton Nusantara memberi warna baru untuk meningkatkan seni budaya," kata Jafar.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan robok-robok yang sudah menjadi salah satu kalender wisata nasional ini menjadi hihuran gratis masyarakat. Sejumlah hiburan ditampilkan seperti kontes motor air, busana adat, qasidah, karaoke lagu daerah, hadrah, albarzanji, panjat pinang, tepuk bantal, tarik tambang, tenis meja, bola voli, sepakbola anak gawang, lomba sampan, tarian daerah, dan atraksi kesenian lainnya yang ada di Kabupaten Pontianak. Kegiatan ini berlangsung di tepi Sungai Mempawah sejak pagi hingga malam hari.

Robok-robok bagi sebagian masyarakat lokal menjadi berkah tersendiri. Mereka mendulang rupiah dengan berjualan berbagai produk di deretan kios di sekitar lokasi yang berubah menjadi pasar kaget. Biasanya mereka berjualan seminggu sebelum dan sesudah pelaksanaan robok-robok.

Tips

Perayaan tradisi robok-robok berlangsung setiap tahun di Kuala Mempawah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Mudah mencapai lokasi Mempawah. Dari Bandana Supandio, Pontianak tinggal mencarter taksi atau bus travel. Waktu tempuh sekitar 2 jam.

Atau bisa dengan bus umum dari terminal Kota Pontianak menuju Kuala Mempawah. Jalan yang dilalui beraspal mulus dengan lalu lintas yang lengang. Kalau letih dan lapar, sepulang dari menyaksikan robok-robok, bisa mampir di Pondok Pengkang yang menyajikan makanan khas Melayu dan penganan pengkang atau sejenis lempar ketan.

Sumber: Majalah Travel Club
READ MORE - Robok-Robok, Aset Wisata Budaya Mempawah

BUKIT KELAM: Konon, Batu Terbesar di Dunia


Nah, ngomong-ngomong soal Bukit Kelam, menurut penglihatanku ini adalah sebuah batu besar, sebesar rumah-kah? Tidak, ini lebih besar kok. Namanya bukit, ya kurang lebih segede bukit-lah. Kontruksi batu ini juga hanya terdiri dari satu batu lho, jadi bukan terdiri dari banyak batu. Saking besarnya, kata temanku orang Dayak yang asli orang Sintang, pernah ada organisasi dunia yang menilai bahwa ini adalah batu terbesar di dunia. Hebat juga yah…

Bukit Kelam atau Kelam Hill menyajikan suatu pemandangan yang sangat indah, terlihat jelas ketika kita melakukan perjalanan dari Sintang menuju Kabupaten Kapuas Hulu. Dibutuhkan kurang lebih 30 menit dari Kota Sintang, Kalimantan Barat, untuk tiba di Bukit Kelam, yang masuk wilayah Kecamatan Kelam, Kabupaten Sintang. Luas areal wisata alam Bukit Kelam adalah 520 hektare. Di dalamnya banyak sekali terdapat keunikan dan kekayaan hayati. Udaranya sangat sejuk dan segar. Pokoknya, cocoklah buat rekreasi alam bagi semua kalangan.

Bila Anda berkeinginan untuk naik ke atas Bukit Kelam, sudah disediakan lho. Tapi hati-hati, tangganya dari besi, dan pengunjung harus menaiki tangga, bukan berjalan kaki seperti tangga di lereng gunung. Kalau Anda tidak kuat fisiknya, mendingan jangan coba deh, bisa-bisa Anda macet atau kecapean di tengah jalan, mau turun lagi terus lihat ke bawah malah ngeri… hehehe.. Selain itu, di kawasan wisata alam Bukit Kelam terdapat kolam renang dan lapangan tenis yang dapat dimanfaatkan oleh setiap wisatawan. Kalau Anda ingin bermalam di sana, jangan kuatir sebab ternyata di tempat ini pun disediakan camping ground yang cukup luas dan aman.

Seperti halnya Gunung Tangkuban Parahu di Bandung, Jawa Barat, yang punya cerita legenda Sangkuriang, Bukit Kelam juga memiliki cerita legendanya juga lho. Nanti deh ceritanya kalo yang ini mah… hehehe… Pokoknya, datang dulu ke Bukit Kelam. Nanti bisa dapat cerita dari masyarakat setempat. Pasti lebih seruh khan?

Sedikit petunjuk ke Bukit Kelam, Anda bisa mulai perjalanan dari Kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Dari Pontianak menuju ke Kota Sintang itu dapat di tempuh selama kurang lebih 7 sampai 8 jam, atau bisa juga kurang, bisa juga lebih lama. Tergantung jalan mana yang Anda lewati, kendaraan apa yang Anda gunakan, dan juga keadaan jalan yang dilalui. Setiap harinya ada bis umum dan bis DAMRI yang melakukan perjalanan dari Pontianak – Sintang dan sebaliknya, baik untuk perjalanan siang maupun perjalanan malam. (Iwan Susanto & www. sintang.go.id )

sumber : www.explore-indo.com
READ MORE - BUKIT KELAM: Konon, Batu Terbesar di Dunia