Tampilkan postingan dengan label nusa tenggara timur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nusa tenggara timur. Tampilkan semua postingan

Danau Sano Nggoang

Jumat, 09 Juli 2010

Danau Sano Nggoang terletak di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat. Jarak dari Kota Labuan Bajo sebagai ibu kota dari Kabupaten Manggarai Barat 63 Km dengan waktu tempuh 3 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti roda empat atau roda dua. Kualitas jalan ke atraksi wisata Danau Sano Nggoang dari Kota Labuan Bajo sampai ke Werang sebagai Ibu Kota Kecamatan Sano Nggoang jalan beraspal, sedangkan dari Werang ke Danau jalan berbatu. Akan tetapi dari bulan ini, sudah ada proyek pengaspalan jalan ke Danau sehingga hal ini memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berwisata ke danau Sano Nggoang.
Kawasan wisata Danau Sano Nggoang terletak pada ketinggian 750 m dpal. Selain itu Danau Sano Nggoang terletak di sebelah tenggara kawasan Hutan Mbeliling dan blok hutan Sesok yang terpisah dengan Hutan Mbeliling.

sumber :www.wisataindonesia.com
READ MORE - Danau Sano Nggoang

Pulau Komodo

Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah barat Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
Pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan besar menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.

Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis "New Seven Wonders of Nature" yang baru diumumkan pada tahun 2010 melalui voting secara online di www.N7W.com








sumber : www.wisataindonesia.com
READ MORE - Pulau Komodo

Kelimutu, Misteri Danau Tiga Warna

Kamis, 08 Juli 2010


Perjalanan sekitar tiga jam dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ditempuh dengan sebuah mobil sewaan melintasi jalan berkelok-kelok, jurang dan tebing, serta kondisi jalan yang tidak mulus. Terasa melelahkan dan penuh tantangan, apalagi perjalanan dilakukan pada dini hari. Namun semuanya sirna setelah memasuki Kampung Moni, kampung terdekat menuju Danau Kelimutu. Ibu-ibu menawarkan kain tenun Lio yang dijual di kaki Gunung Kelimutu yang menjadi pelataran parkir kendaraan pengunjung danau tersebut. Kain tenun Lio merupakan salah satu potensi lokal yang dijual masyarakat setempat bagi wisatawan. Warna-warna Danau Kelimutu terus berubah. Perubahan itu bisa saja disebabkan oleh kandungan mineral, pengaruh biota jenis lumut dan batu-batuan di dalam kawah tersebut. Bagi masyarakat setempat perubahan warna itu mempunyai makna tersendiri.

Kampung Moni terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu. Tepat pukul 08.15 Wita, setelah melintasi jalan setapak sekitar satu kilometer, kami tiba di bibir Danau Kelimutu.

Danau tiga warna di puncak kawah Gunung Kelimutu yang menjadi salah satu dari keajaiban dunia ini, benar-benar mempesona dengan keindahan dan misteri yang tersimpan di puncak gunung setinggi 1.690 meter di atas permukaan laut itu.

Kelimutu merupakan gabungan dari kata keli yang berarti gunung dan mutu yang berarti mendidih. Kelimutu adalah satu dari sekian daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Pulau Flores, selain komodo, kampung tradisional Bena, dan Taman Laut Riung yang indah. Danau vulkanik dianggap ajaib dan misterius karena warna ketiga danau tersebut berubah-ubah, seiring dengan perjalanan waktu. Sebelumnya warna danau ini adalah merah, putih, dan biru.

Pada pertengahan 2006 lalu terjadi beberapa kali perubahan terutama untuk dua danau yang letaknya bersebelahan yakni Danau Arwah Muda-mudi (tiwu nua muri ko'o fai) dan Danau Arwah Tukang Tenung (tiwu ata polo). Danau Arwah Muda-mudi yang sebelumnya berwarna hijau, pada Juni tahun lalu sempat berubah menjadi biru. Sementara Danau Tukang Tenung atau Orang Jahat yang sebelumnya berwarna cokelat tua berubah warna agak kemerah-merahan.

Satu danau yang terpisah, Danau Arwah Orangtua (tiwu ata mbupu) tetap berwarna hijau tua/lumut. Namun, pada Desember lalu ketika Pembaruan berkunjung ke danau tersebut Danau Arwah Muda-mudi kembali berwarna hijau, Danau Orang Jahat menjadi biru tua, dan Danau Orangtua menjadi cokelat kehitaman. Warna air Danau Kelimutu adalah misteri alam.

Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk menyaksikan Danau Kelimutu. Menjelang tengah hari, apalagi sore hari, biasanya danau diselimuti kabut yang menghalangi pandangan. Itu sebabnya para wisatawan biasanya bermalam di Kampung Moni dan baru berangkat ke Gunung Kelimutu dini hari. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.

Dari Maumere dapat menggunakan kendaraan sewaan sekitar Rp 600.000 untuk perjalanan Maumere-Kelimutu-Maumere. Waktu perjalanan bisa ditentukan sendiri dan pengunjung dapat mencapai puncak Kelimutu. Untuk biaya yang lebih murah dari Maumere dapat menggunakan bus umum dengan biaya Rp 25.000, namun hanya sampai di Kampung Moni, tetapi sulit mendapatkan bus yang tiba pagi hari di kampung itu sehingga harus menginap di tempat itu. Perlu juga menyewa kendaraan pribadi atau ojek untuk mencapai puncak danau.

"Kalau dengan kendaraan sewaan pengunjung bisa mampir di beberapa desa tradisional dan perjalanan diatur sesuai kesepakatan. Biasanya sekali jalan hingga pulang, butuh delapan jam dengan harga Rp 600.000. Waktu tersebut sudah lebih dari cukup termasuk dua jam penuh menikmati Danau Kelimutu dan sekitarnya," kata Paul Yanca, sopir yang biasa menyewakan kendaraan pribadinya.

Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda.

Sebuah cottage dari kayu adalah salah satu dari alternatif penginapan di Kampung Moni sebelum atau sesudah mengunjungi Danau Kelimutu. Tarif yang relatif murah dan pemandangan alam yang menarik merupakan kenikmatan bagi wisatawan dengan dana terbatas. Kelimutu diyakini juga sebagai tempat bersemayamnya arwah-arwah manusia. Danau yang terlihat pada gambar merupakan danau arwah orang tua (tiwu ata mbupu) letaknya terpisah dari dua danau lain yang saling berimpitan.

Untuk menginap di Kampung Moni terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam. Cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. Kawasan Kelimutu dikelilingi hutan dengan flora yang jarang ditemukan di wilayah Flores. Ada pinus, cemara, kayu merah dan edelweiss. Sedangkan fauna yang ada seperti rusa, babi hutan, ayam hutan dan elang.

Apa yang terlihat saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi 15 tahun lalu ketika Pembaruan mengunjungi kawasan tersebut. Hanya sedikit perbedaan, jika 15 tahun lalu kendaraan pengunjung bisa mencapai bibir danau, saat ini kendaraan hanya bisa sampai di kaki gunung dan butuh 30 menit berjalan kaki menuju bibir danau ajaib itu.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa Gunung Kelimutu keramat dan memberikan kesuburan pada alam di sekitarnya. Dalam beberapa kesempatan biasanya ada upacara masyarakat setempat dan memberikan sesajen kepada "arwah" yang menjaga kawasan tersebut.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antardanau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding terjal tersebut memiliki sudut kemiringan 70 derajat dengan ketinggian antara 50 sampai 150 meter.

Gunung Kelimutu pernah meletus pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau tersebut dan ditetapkan sebagai taman nasional sejak 26 Februari 1992. Kelimutu juga merupakan tempat yang bagus bagi yang menyukai hiking dan menikmati kawasan desa pegunungan tropis.

Penulis : Heri Soba
Sumber : Suara Pembaruan
READ MORE - Kelimutu, Misteri Danau Tiga Warna

Membayangkan Pesona Laut Sawu

Laut SawuLaut Sawu, sebuah kawasan perairan yang luas di jantung Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terletak di tengah-tengah wilayah dan dikelilingi oleh gugusan kepulauan Flores, Sumba, Timor dan Alor (Flobamora) ditetapkan sebagai taman laut nasional dan kawasan konservasi.

Sejak penetapan bulan Maret lalu, hingga kini belum ada rencana aksi nyata di lapangan. Berbagai pemangku kepentingan tengah mempersiapkan desain besar untuk konservasi kawasan tersebut. Perairan Laut Sawu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam kawasan segi tiga emas karang dunia (the coral triangle) yang memiliki keaneragaman hayati laut sangat kaya.

Perairan itu memiliki sebaran terumbu karang yang luas dan beragam spesies, sekaligus tempat perlintasan bagi 14 jenis paus dan habitat aman bagi lumba-lumba, duyung, ikan pari manta dan penyu, selain menjadi kawasan utama jalur pelayaran nasional.

Laut SawuKepala Dinas Perikanan dan Kelautan NTT Ana Salean mengatakan, sebagai kawasan "the golden triangle", perairan Laut Sawu menyimpan lebih dari 65 persen potensi lestari sumber daya ikan, namun juga menyimpan sejumlah persoalan seperti pengrusakan terumbu karang.

Selain itu, juga terjadi praktik penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, yang menggunakan racun, pemboman ikan, juga eksploitasi kawasan pesisir seperti penambangan pasir pantai dan karang mengakibatkan kemerosotan lingkungan di kawasan perairan tersebut.

Taman Nasional Perairan Laut Sawu meliputi kawasan seluas 3,5 juta hektare doa zona yakni wilayah perairan Selat Sumba dan sekitarnya dengan luas sekitar 567.165,54 hektare dan wilayah perairan Pulau Sabu, Rote, Timor dan Batek seluas 2,9 juta hektare lebih.

Sementara pemerintah Kabupaten Alor pada pada bulan Maret lalu juga telah menetapkan kawasan konservasi perairan daerah seluas 400.000 hektare menjadi jejaring kawasan sehingga total areal konservasi perairan Laut Sawu mencapai 3,9 juta hektare lebih.

Direktur Konservasi dan Taman Laut Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Perikanan dan Kelautan Agus Dermawan dalam sebuah workshop di Kupang, akhir Juni lalu, soal rencana strategi pengelolaan taman nasional Laut mengatakan, segi tiga karang dunia itu selain Indonesia di mana terdapat Laut Sawu, juga Filipina, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon.

Laut SawuDengan menjadikan perairan ini sebagai kawasan konservasi, kata dia, maka bisa menjadi basis daerah penangkapan ikan secara berkelanjutan dengan mendorong upaya perlindungan keaneka ragaman hayati laut di kawasan tersebut dan pemantaran dengan memperhatikan aspek pelestarian.

Dia menyebut, kawasan ini dikelola sebagai bank penyedia telur dan larva ikan, memberikan pembaharuan dan penambahan stok ikan di wilayah konservasi.

Agus juga mengungkapkan keberadaan taman nasional perairan Laut Sawu sangat penting bagi dunia karena menjadi kawasan konservasi terluas di segi tiga emas gugusan karang dunia, tempat di mana beraneka-ragam biota laut hidup dan berkembang.

Kawasan konservasi ini menjadi habitat ikan paus, dugong, lumba-lumba, hiu, penyu, ditambah sejumlah spesies langka seperti paus biru dan paus sperma.

Dengan penetapan areal seluas 3,5 juta hektare lebih sebagai kawasan konservasi, nantinya akan ada zona pembiakan ikan, ada zona penangkapan dan sebagainya, yang ditetapkan setelah melalui sebuah percakapan yang mendalam di antara semua pemangku kepentingan, lalu kemudian menindak-lanjutinya dengan rencana aksi nyata konservasi.

Laut SawuKawasan yang juga menjadi lalu lintas pelayaran nasional ini, semakin ramai karena di tingkat lokal saja belasan kapal motor penyeberangan atau fery melalui rute tersebut, belum termasuk kapal-kapal perintis dan kapal barang. Dalam hal Laut Sawu menjadi jalur pelayaran nasional, para pemangku kepentingan akan melakukan kampanye penyadaran, agar kapal-kapal tersebut tidak membuang limbah ke laut secara sembarangan.

Juga melakukan kampanye penyadaran terhadap masyarakat pesisir yang melakukan eksploitasi laut dan pantai, dengan tidak mengindahkan prinsip-prinsip ramah lingkungan, demi menjaga kelestarian perairan Laut Sawu.

Paus bercumbu rayu


Kawasan perairan Laut Sawu, menjadi area cumbu rayu ikan paus, melahirkan dan membesarkan anak. Anak ikan kemudian menyebar ke perairan lain di dunia, lalu kembali lagi untuk beranak-pinak di kawasan itu, kata ahli ikan paus DR Benjamin Kahn, yang juga direktur "Apex International", sebuah lembaga yang menaruh perhatian pada perlindungan mamalia laut, termasuk ikan paus.

Dia mengatakan, penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi perairan, akan memberikan manfaat besar bagi perlindungan terhadap mamalia laut, karena selain menjadi kawasan transit, juga daerah cumbu rayu dan berkembang biak paling aman bagi paus.

Kalau kemudian ada protes dari elemen masyarakat yang mengatasnamakan nelayan tradisional di Lamalera, Kabupaten Lembata yang hidupnya bergantung pada berburu ikan paus secara tradisional, menurut Kahn, justeru kekuatan masyarakat Lamalera bisa menjadi bagian dari sistem konservasi laut.

Dia membeberkan sejumlah manfaat bila Laut Sawu menjadi kawasan konservasi nasional. Manfaat itu misalnya, munculnya potensi baru bidang pariwisata, kampanye penyadaran kepada kapal-kapal yang menjadikan Laut Sawu sebagai basis pelayaran untuk tidak sembarang membuang limbah ke laut.

Manfaat lainnya, mempromosikan Kupang dan beberapa wilayah pesisir sebagai basis wisata alam, meningkatkan kapasitas berbagai lembaga yang terlibat dalam pengelolaan konservasi, pelatihan lapangan dan pendanaan untuk kegiatan berkelanjutan bagi berbagai pemangku kepentingan.

Khan juga mengungkapkan fakta bahwa kawanan paus dari berbagai perairan dunia membanjiri Laut Sawu pada musim tertentu, kemudian bercumbu rayu, beranak pinak, lalu menyebar ke berbagai perairan dunia.

Penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi ini sempat menuai protes dari sekelompok orang di Jakarta yang mengatas-namakan masyarakat Lamalera di Lembata. Protes ini ditanggapi dengan mengenyampingkan untuk sementara zona II konservasi meliputi wilayah Pulau Solor, Lembata, dan Alor (Solar).

Penulis : Danu Kusworo
Sumber: Kompas
Foto : erensdh, kaskus, goblue, indofamily, ansel-boto, Kompas
READ MORE - Membayangkan Pesona Laut Sawu