Tampilkan postingan dengan label kalimantan selatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kalimantan selatan. Tampilkan semua postingan

Kunjungan kedua ke Air Terjun Bajuin

Sabtu, 10 Juli 2010

Dari judul diatas ketauan kalo sayanya udah penah main ke spot satu ini sebelumnya.Cuman waktu itu gak bawa kamdig, jadinya gak ada oleh-oleh berwujud foto.Nah di bulan Oktober ini saya ama teman-teman juga pimpinan kantor jalan-jalan weekend ke Air Terjun Bajuin.Lokasinya gak terlalu jauh dari Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, Kalsel.
Rutenya ini nih : kalo dr Banjarmasin pas memasuki pertama kali Kota Pelaihari, kita akan ketemu Bundaran Angsa.Ambil jalan ke kiri.Lurus aja.Nanti ketemu lagi simpang 3.Ambil jalan yang lurus aja (tiap persimpangan ada aja papan petunjuknya).Kalo ke kanan itu jalan menuju Batulicin & Kotabaru (disepanjang jalan ini akan dilewati objek wisata Pantai Swarangan, Pantai Pagatan, Sungai Kusan dll).
Saat saya kesana, kondisi jalannya masih banyak yang rusak.Tapi kayaknya saat itu juga sedang diperbaiki jalannya, jadi sekitar beberapa bulan ke depan aksesnya udah mulus.
Kiri kanan jalan menuju air terjun banyak terdapat perbukitan besar mirip gunung.Warnanya yang hijau keliatan cantik berpadu dengan menguningnya persawahan disekitarnya.
Beberapa menit kemudian saya ama rombongan nyampe juga.Tepat sebelum masuk kawasan Air Terjun Bajuin, ada simpang 2.Kalo ke kiri Air Terjun Bajuin & kalo ke kanan menuju Wisata Alam Goa Marmer (objek ini belum penah saya datangi).
Mungkin karena sebelumnya hujan, pas saya masuk kawasan air terjun gak ada banyak pengunjung.Hanya beberapa orang saja.Disana terdapat parkir mobil yang luas & ada juga penjaganya.
Sebelum ketemu air terjun pertama, saya menemui bebatuan besar.Dari sana saya bisa ngeliat pemandangan bukit-bukit lain yang menghijau.Kayaknya bikin villa disini seru juga.Gak bakalan stres.



Perhatiin deh foto batu diatas, kayak batu yg jatuh dr langit.Memisah sendiri dr batu raksasa dibawahnya.Beberapa menit kemudian saya akhirnya ketemu air terjun pertama.Suasana adem langsung kerasa.



Dikawasan ini emang ada 3 buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda-beda.Katanya air terjun yang paling tinggi lebih bagus dari pd air terjun dibawahnya.
Saya ama rombongan hanya sanggup sampe air terjun tingkat pertama saja.Karena kami gagal menuju air terjun tingkat dua.Faktor kurang berpengalaman tracking juga takut nyasar menjadi alasannya.



Tapi kami tetap puas menikmati air terjun tingkat pertama.Airnya sangat jernih & adem.Banyak batu-batu besar juga.




Di kawasan ini juga terdapat Telaga Alam Batuah.Letaknya sangat dekat dengan area parkir mobil.Jadi bagi mereka yang ogah mendaki keatas, bisa mandi atau sekedar foto-foto di telaga ini.Disini banyak batu-batu besar yang dialiri air sungai yang jernih.

sumber : kalimantanku.blogspot.com
READ MORE - Kunjungan kedua ke Air Terjun Bajuin

Menjelajah Pulau Pinus di Waduk Riam Kanan

Cerita perjalanan wisata di Desa Aranio Kabupaten Banjar, Kalsel masih berlanjut.Kali ini saya akan membahas perjalanan seru di sekitar Waduk Riam Kanan, tepatnya di Pulau Pinus.Dengan menumpang klotok (perahu kecil bermesin) saya bersama belasan teman lainnya dapat mencapai pulau kecil yang letaknya di tengah-tengah waduk itu.



Sebenarnya di Waduk Riam Kanan terdapat dua buah Pulau Pinus.Biaya sewa untuk menuju Pulau Pinus pertama hanya dikenai sebesar Rp. 75 ribu saja.Sedangkan menuju Pulau Pinus kedua dipatok sebesar Rp. 100 ribu.Berhubung rombongan kami terdiri belasan orang plus masing-masing baru gajian, maka kami dengan entengnya memilih paket yang mahal aja.

Tapi paket itu bisa sekalian mampir ke Pulau Pinus pertama.Rugi rasanya jauh-jauh ke Desa Aranio tanpa mencicipi kedua Pulau Pinus tersebut.Perjalanan menuju Pulau Pinus kedua ditempuh sekitar 30 menit.Cukup singkat memang.Karena pemandangan yang indah di sekitar waduk cukup beralasan menangkis rasa jenuh selama perjalanan.Objek pertama yang berhasil menarik perhatian saya adala jembatan kayu yang membentang panjang di atas waduk.Jembatan itu menghubungkan antara Pulau Pinus dengan daratan di seberangnya.



Beralasan memang kenapa pulau yang kami kunjungi tersebut dinamakan Pulau Pinus.Karena disana banyak sekali pohon pinus yang tumbuh tinggi menjulang.Saking banyaknya, hari cerah saat itu tidak berlaku di Pulau Pinus.Sinar matahari seakan-akan sulit menembus rimbunnya pepohonan.



Di bagian lain saya menemui beberapa penduduk yang tengah asyik memancing.Umumnya ikan yang didapat adalah ikan puyau.Ikan yang lumayan gurih kalau di goreng.Disini dijual dengan harga Rp. 10 ribu saja.Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju perkampungan di seberang pulau.Dengan menyusuri jembatan kayu yang panjangnya sekitar 200 meteran.Dari atas jembatan, saya kembali menemui pemandangan yang sangat cantik.Perbukitan hijau, air waduk yang terhampar luas berpadu dengan langit cerah yang membiru.



Setibanya di kampong seberang, saya bersama rombongan lalu tergoda mencicipi kelapa muda yang banyak ditemui disana.Untung salah teman dalam rombongan ada yang bisa memanjat pohon kelapa.Alhasil dialah yang kami nobatkan sebagai petugas memetik kelapa.Akhirnya dua buah kelapa muda berhasil kami dapatkan.

Beberapa menit kemudian kami kembali menyeberang menuju Pulau Pinus.Karena klotok yang kami sewa masih tambat di pulau itu.Ternyata di atas Pulau Pinus ada rombongan kru TV dari Jakarta yang sedang meliput Waduk Riam Kanan serta Pulau Pinus.Oleh rombongan, saya bersama dua orang teman disuruh ikut syuting dengan cara berjalan-jalan di sekitar pulau.Sementara kru TV akan merekam kegiatan kami itu.Seumur-umur baru kali ini saya direkam oleh kamera TV.



Setelah itu, kami bertiga diwawancarai oleh kru TV tersebut.Kami ditanya dengan berbagai pertanyaan.Seperti alasan apa kami mengunjungi Pulau Pinus.Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan.Dengan percaya dirinya saya langsung memberi alamat blog serta alamat email.Siapa tahu saya ditawari sebagai salah satu kru TV tersebut.Perjalanan di Waduk Riam Kanan kami akhiri dengan minum es kelapa muda di sekitar dermaga Desa Aranio.Disana ternyata banyak sekali mobil wisatawan terparkir di sekitar dermaga.Menandakan geliat pariwisata Kalsel makin bergairah.

sumber : kalimantanku.blogspot.com
READ MORE - Menjelajah Pulau Pinus di Waduk Riam Kanan

Haratai, Pesona Kampung Dayak & Air Terjun

Keindahan yang tersembunyi.Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pesona desa Haratai di Kecamatan Loksado, Kab. Hulu Sungai Selatan ini.Di desa yang didiami oleh suku Dayak Meratus ini terdapat berbagai objek menarik yang cocok untuk dijelajahi.

Bersama 3 orang teman, saya lajukan kendaraan menuju desa yang berada disela-sela megahnya Pegunungan Meratus yang membentang di sebagian besar wilayah Kalsel.Kota terakhir yang kami jumpai adalah Kandangan, sebuah kota kecil yang merupakan ibukota Kab. Hulu Sungai Selatan.

Dari Kandangan, perjalanan masih menyisakan sekitar 38 kilometer atau sekitar 1 jam.Melewati berbagai desa seperti desa Muara Hatip, yang lokasinya berada di sekitar Gunung Kentawan yang tampak menjulang.Umumnya desa-desa yang tampak bersahaja itu didominasi oleh suku Banjar dan suku Dayak Meratus.Mereka hidup berdampingan secara damai.Berbagai sarana ibadah pun tampak kokoh, menandakan betapa rukun nya hidup di pedalaman Kalimantan ini.

Sebuah pintu gerbang menyambut kedatangan kami, menandakan perjalanan telah memasuki kawasan Loksado.Sebuah kecamatan yang hampir setiap pekan di kunjungi oleh turis asing terutama dari negara-negara Eropa.Loksado terkenal cocok untuk menjajal hobi petualangan seperti bamboo rafting, trekking, camping, hiking dan lain-lain.

Salah satu nya desa Haratai yang saya kunjungi ini.Dari pusat Loksado, perjalanan dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh sekitar 30 menit.Selama perjalanan kami melewati pemandangan alam yang sangat cantik & natural.Hutan, sungai, bebatuan besar, jembatan gantung, bukit-bukit, kebun kayu manis & bambu serta beberapa rumah Dayak Meratus.



Sesampai nya di desa Haratai, kami langsung menemui puluhan rumah berbentuk panggung milik suku Dayak Meratus.Beberapa warga pun kami jumpai disana.Ada yang sekedar duduk-duduk santai di pelataran rumah bahkan ada yang terlihat asyik mengurusi tanaman di sekitar rumah mereka.Bahkan kami sempat menemui beberapa tanaman anggrek khas Loksado.

Disudut lain, ada sebuah bangunan besar yang disebut warga sekitar Balai Haratai.Saya pun tergerak untuk segera memasuki ruangan yang tak berpenghuni itu.Di dalam balai terdapat puluhan bilik kamar berukuran kira-kira 3 x 4 meter.Di berbagai perkampungan Dayak lain seperti di Kalimantan Barat, warga Dayak mendirikan rumah panjang seperti ini yang di dalamnya dihuni oleh puluhan kepala keluarga.



Tapi Balai Haratai yang saya temui ini katanya sudah tidak berpenghuni lagi.Hanya pada saat-saat tertentu saja diramaikan oleh warga Dayak Meratus.Seperti pelaksanaan acara adat Aruh Ganal.Sebuah perayaan yang digelar untuk mensyukuri hasil panen.



Warga Dayak umumnya sangat menghormati roh-roh nenek moyang.Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh.

Selain itu mereka juga sangat menghargai limpahan alam yang mudah ditemui di bumi Kalimantan.Seperti yang saya temui di desa Haratai ini.Untuk mendapatkan air, mereka cukup memanfaatkan air bersih yang datang dari pegunungan.Sistem pengairan yang digunakan sangat sederhana, yakni dengan menggunakan bambu yang dibelah.Bambu-bambu tersebut saling menyambung sehingga dapat mengalirkan air dari pegunungan menuju rumah penduduk.



Uniknya, air jernih yang alami tersebut mengalir selama 24 jam non stop.Benar-benar perpaduan yang sangat indah antara manusia dan alam.Saya sangat kagum terhadap kehidupan bersahaja milik warga Dayak Meratus ini.Hidup di rumah-rumah yang sederhana pula.



Berkunjung ke desa Haratai tidak lengkap jika tak mengunjungi air terjun yang juga dinamai Haratai.Lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Balai Haratai.Untuk menuju ke air terjun ini, kami harus melakukan perjalanan tanpa kendaraan.Waktu yang kami tempuh sekitar 20 menit.Melewati berbagai jenis pohon serta sebuah jembatan gantung yang dibawah nya terdapat Sungai Amandit.



Sesampainya di air terjun Haratai, saya bersama rombongan segera mendekati sebuah telaga yang air nya bergelombang mirip di lautan.Karena tekanan yang berasal dari jatuhnya air dari atas bukit.Air di telaga tersebut berwarna agak kehijauan dan sangat dingin.



Loksado dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum.Setibanya di Loksado anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Haratai dengan 3 cara saja.Menggunakan jasa tukang ojek, menggunakan kendaraan roda dua milik pribadi atau jalan kaki.Karena akses menuju desa Haratai tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.Tarif sewa ojek sebesar Rp 50.000 PP.

sumber : kalimantanku.blogspot.com
READ MORE - Haratai, Pesona Kampung Dayak & Air Terjun

Pulau Kembang, Pulaunya Para Monyet

Kamis, 08 Juli 2010

Jangan bayangkan kalo di pulau yang berada di tengah-tengah Sungai Barito ini banyak terdapat bunga-bungaan yang berwarna-warni. Pulau ini terkenal karena didalamnya banyak banget terdapat monyet-monyet yang cukup jinak.Mulai dari yang masih bayi sampe monyet yang sdh bau tanah.He..
Untuk menuju kesini cukup mudah kok.Cukup menyewa klotok (perahu kecil bermesin) di sungai-sungai sekitar Banjarmasin.Biaya sewanya cukup variatif.Tapi rata-rata sekitar 100 hingga 150 ribu perak.Udah termasuk kunjungan ke Pasar Terapung Muara Kuin.Karena Pulau Kembang ini gak jauh-jauh amat dari Pasar Terapung itu.Soal durasi sewa,kayaknya cukup lama.

Sesaat sebelum klotok tambat di dermaga Pulau Kembang, puluhan monyet sudah siap siaga mau memasuki klotok.Tujuannya satu: nyari makanan gratis dari para wisatawan. Bagi mereka yang gak terbiasa ama monyet (apalagi cewek), pasti akan berteriak histeris ketakutan.Tapi sebenarnya monyet-monyet itu tidak mencelakai pengunjung.

Tepat diatas dermaga terdapat loket yang diisi oleh petugas yang kayaknya tingkat keprofesionalan kerjanya sangat meragukan.Harga masuknya hanya Rp.3500.Bisa sepuasnya mengelilingi Pulau Kembang.
Tapi sayang fasilitas seperti arena bermain anak sudah berstatus HIDUP SEGAN MATI TAK MAU.

Kondisinya sangat memprihatinkan.Tapi ya sudahlah. Toh daya tarik salah satu destinasi wisata Kalsel ini bukan arena bermain itu, tp para monyet & alamnya yang masih hijau.

Disana terdapat sebuah jembatan dari kayu yang meliuk-liuk kayak ular.Diatas jembatan itulah, saya ama pengunjung lain bisa menikmati alam sambil memberi makan monyet.Jembatan itu akan berujung tepat di sekitar loket masuk.

Tips dari saya :
  • Jangan lalai ama barang bawaan kayak kacamata, topi dll.
  • Kalo emang barang bawaan diambil ama monyet, kasih aja monyetnya makanan pasti barang milik kita itu dikembalikan.Lucu ya??
  • Usahakan hari minggu aja kesini, karena ramai ama pengunjung.Semakin ramai, semakin banyak monyetnya keluar dari dalam hutan.Dan semakin banyak kejadian seru kayak jeritan ketakutan ibu-ibu saat didekati monyet.
  • Bawa uang tunai, karena disana banyak guide local yang akan memandu wisatawan.Tugas mereka memanggil para monyet, menawarkan pengunjung makanan kayak kacang, membantu mengambilkan barang pengunjung yg diambil monyet.Nah gak enak kan kalo gak dikasih duit.Sukarela aja nominalnya.Lima ribu ato 10 ribu.

Pulau Kembang ini masih sangat asri dengan ditumbuhi tanaman khas Kalimantan.Beda banget ama suasana sekitarnya di Sungai Barito yang sibuk ama kapal tanker, depo Pertamina, bongkar muat di Pelabuhan Trisakti, lalu lalang kapal pengangkut batubara, pabrik dll.Itulah resiko yang dihadapi semua kota besar tak terkecuali Banjarmasin.

Nah saatnya bagi anda yang kebetulan ke Banjarmasin berkunjung ke pulau nya para monyet ini.Dijamin seru.

Penulis : Nasrudin Ansori
Sumber : http://kalimantanku.blogspot.com/
READ MORE - Pulau Kembang, Pulaunya Para Monyet