Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan

Tanah Toba yang Indah

Sabtu, 10 Juli 2010

Tanah Toba yang IndahKali ini saya menuliskan rute perjalanan yang kami ambil jadi seandainya ada rekan2 yang mau kesana bolehlah ikutan rute ini, kalau pergi ngajak2 ya. Soalnya saya tinggalnya di Medan bukan di Jakarta. Saya minta maaf kalau tidak bisa menjawab dan mengucapkan terimakasih untuk komentar pada tulisan tersebut.Saya tidak bisa log in ke KOKI dan rasanya tinggal email dari kantor nih yang belum dipake untuk register tapi rasanya kok ga etis ya?

Terimakasih untuk semua komentarnya dan untuk yang berencana pengen ke Danau Toba, kali ini saya berikan rute yang kemarin kita ambil. Selamat menikmati dan merencanakan liburannya.

Rute biasa yang diambil orang-orang atau wisatawan kalau pergi around the island lewat darat biasanya adalah dari Tuk-Tuk ke Siallagan (kursi batu), Simanindo(Tor-Tor Batak) terus ke Pangururan ke lereng Pusuk Buhit mengunjungi Aek Rangat (pemandian air panas) lalu meneruskan perjalanan hingga akhirnya kembalinya ke Tuk-Tuk melalui Tomok.

Tanah Toba yang IndahKalau dulu ketika masih banyak sekali tamu masih ada rute untuk trekking ke puncak Pusuk Buhit lalu ke Danau Sidihoni. Mungkin banyak banget yang tidak tahu kalau di puncak Pulau Samosir yang berada di Danau Toba masih ada danau kecil tapi ya perjalanan kesana melelahkan. Tetapi rasa lelah tidak terlalu terasa karena sepanjang perjalanan kita pasti disuguhi pemandangan indah. Turunnya ke Tomok dan makan malam di sana.

Dulu kita biasa pergi naik sepeda motor keliling Pulau Samosir dan kita selalu pergi ke Danau Sidihoni. Danau ini adalah danau kecil, saya lupa nama desanya, penduduknya tidak terlalu banyak dan kalau kita ke sana pada hari Minggu kita pasti bisa mendengar koor dari gereja yang ada di sekitar danau. Jadi suasananya benar –benar syahdu. Dulu diantara para wisatawan kita suka mengatakan anekdot “A lake in the island and an island in the lake and the lake in the island” bingung kan?

Dalam perjalanan kemarin, kita melakukan perjalan dengan sepeda motor (sewa sepeda motor Rp 50.000/hari termasuk driver/pemandunya) mengambil rute dari Tuk-Tuk langsung menuju ke Simanindo, tidak singgah di Siallagan karena sudah sering (buat teman-teman yang memang belum pernah ke Danau Toba ada baiknya singgah di Siallagan). Di Simanindo kita menikmati sajian Tor-Tor Batak yang moga-moga diijin tampil di KOKI sama Mamak Presiden. Lalu kita langsung menuju ke Aek Rangat (pemandian air panas) di lereng Pusuk Buhit tetapi kita tidak berhenti untuk menikmati.

Uda (panggilan untuk Bapa Uda/Pak lik) pemilikPoppy’s Guest House tempat kita nginap yang sekaligus juga adalah mantan bos saya karena beberapa tahun lampau saya bekerja di guest housenya kali ini menjadi pemandu kita mengatakan dia punya rute yang jauh lebih menantang dan kita manut karena memang dia tahu sekali hampir semua rute di pulau Samosir.

Tanah Toba yang IndahRute biasa setelah dari Aek Rangat kita akan kembali ke Pangururan lalu dari sana meneruskan perjalanan tetapi kali ini kita tidak kembali ke Pangururan melainkan meneruskan perjalanan dari Aek Rangat menuju ke Sianjur Mula-Mula yang menurut sejarah orang Batak adalah asal dari nenek moyang orang Batak. Di Sianjur Mula-Mula terdapat monumen yang menceritakan asal-usul dan kisah orang Batak. Tetapi yang paling menyenangkan adalah perjalanan menuju ke sana karena kita akan berada di sisi lain dari Pusuk Buhit yang berarti memandangi Danau Toba dari sisi yang lain. Dan pemandangan yang kita dapati merupakan sebuah pemandangan yang spektakular!! Dari sini kita bisa menikmati pemandangan seluruh Danau Toba.

Kita meneruskan perjalanan untuk menuju ke Harian Boho dimana untuk pertama kalinya saya tahu memiliki sebuah air terjun yang sangat indah.Tidak seperti Tongging dengan jatuhannya yang sangat tinggi, air terjun di Harian Boho tidak tertalu tinggi tetapi sangat deras. Mungkin seperti air terjun Jurug Sewu di Sarangan lereng kaki gunung Lawu. Tetapi jatuhannya lebih deras dan bendungan air dibawahnya lumayan besar dan bersih. Sayang tidak bawa baju ganti, kalau ada baju ganti kita pasti mandi di sana.

Dan sekali lagi, selain air terjunnya perjalanan ke sinilah yang lebih mengasyikkan. Itu kita hampir seperti mendaki sampai ke dataran yang paling tinggi dimana kita bisa bertemu dengan angkutan dari Sidikalang menuju ke Medan (saya tidak ingat lagi nama tempatnya kalau ada yang tahu mohon diberi tahu ya) lalu dari titik pertemuan itu turun lagi sampai ke pinggiran Danau Toba dan kemudian naik lagi diantara sawah-sawah dan ladang penduduk di Harian Boho menuju ke Air Terjunnya.

Dari Harian Boho kita kembali ke titik pertemuan tadi lalu meneruskan perjalanan,maaf banget saya tidak begitu ingat rutenya tetapi yang pasti kita menyusuri sisi lain Pusuk Buhit hingga akhirnya kita kembali ke Pangururan. Bisa dikatakan kita mengelilingi Pusuk Buhit dan menyaksikan Danau Toba dari setiap sisi sehingga pada tempat tertentu kita tidak lagi bisa melihat Danau Toba hanya perkampungan dan hamparan sawah yang menghijau. Dan di titik paling ujung pandangan kita terlihat jajaran Bukit Barisan.

Tanah Toba yang IndahSaya sendiri selama perjalanan sering berpikir kita ada dimana?lalu nanti kita keluar dari mana? Apakah kita turun ke Tomok atau kemana? Dan kita ternyata kembali ke Pangururan.Ini artinya kita menghabiskan waktu hanya menyusuri pemandangan dengan mengelilingi Pusuk Buhit.

Sebuah perjalanan yang betul-betul melelahkan, menantang dan terbayar impas. Sebuah perjalanan yang membuat saya mengamini kata-kata orang Batak tentang Tano Toba nauli (Tanah Toba yang indah) bukan hanya Tao Toba nauli ( Danau Toba yang indah)

Penulis : Sylvia Sipayung - Jakarta
Sumber : Kompas Community
READ MORE - Tanah Toba yang Indah

Berselancar di Pulau Sibaranun Nias

SibaranunKegemaran berselancar di pantai Pulau Sebaranun, Nias banyak diminati para wisatawan lokal bahkan peselancar dunia. Gulungan ombak yang khas dari gelombang setinggi 2 meter di pantai tersebut menarik untuk diperhatikan.

Jika Anda berada di sana tentu akan menyaksikan para peselancar 'menari'. Keindahan 'tarian' mereka tampak pada upaya bertahan di atas gulungan ombak dengan memmainkan papan selancar.

Pulau ini tidak hanya diburu pecinta selancar, tetapi bisa dinikmati untuk pecinta selam (snorkeling) dan pehobi memancing. Selain itu, pemandangan dasar laut dengan berbagai jenis karang dan ikan yang masih perawan menjadi daya tarik tersendiri.Pantai yang mengelilingi Sibaranun berpasir putih cukup indah.

Pada pagi atau sore Anda bisa berjalan kaki mengitari pulau itu dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan. Tak perlu khawatir panas matahari karena dedaunan pohon nyiur yang tumbuh di sepanjang pantai menaungi pejalan kaki.

Selama ini kunjungan wisatawan ke Pulau Sibaranun hanya untuk wisatawan asing. Hal itu terlihat dari paket wisata yang ditawarkan ke pulau ini hanya bagi turis asing. Tempat dan penginapan memang disediakan khusus untuk para peselancar asing, seperti Tello Island Lodge yang berlokasi di Pulau Sibaranun.

Surga peselancar di Nias sebenarnya tidak hanya di Pulau Sibaranun, masih banyak lokasi yang juga memiliki ombak yang menantang. Tidak jauh dari Pantai Sibaranun ada Pulau Sifika, Sigata, Sibo'lo, dan Baluta yang memiliki pantai dan ombak yang hampir sama indahnya. (dok.mi/rmb)

sumber : hendrik-perdana.web.id


READ MORE - Berselancar di Pulau Sibaranun Nias

Pesona Pulau Pasir Putih Sibolga

Kamis, 08 Juli 2010

Pulau Pasir Putih merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 2,5 Hektar. Pulau ini menawarkan pesona tiada tara. Pantainya berpasir putih, lautnya biru, dan perbukitan berhutan perawan. Semuanya indah dipandang mata. Pulau Pasir Putih dulunya dikenal dengan nama Pulau Puteri. Andalan utama pulau ini keindahan pantai dan lautnya. Pantainya berpasir halus dan putih. Jajaran pohon kelapa tumbuh anggun di sepanjang bibir pantai, menambah keindahan pantainya. Di pulau ini kita dapat memandang hamparan samudra luas, sambil menghirup udara segar bebas polusi.

Lautnya berair jernih sehingga dengan mata telanjang kita dapat menikmati ikan-ikan berlarian kesana kemari. Di dalamnya juga terdapat hamparan terumbu karang yang dihuni sejumlah ikan hias warna-warni. Sekeliling pulaunya dipagari hutan. Belum lagi perbukitan yang ditumbuhi hutan perawan sebagai tempat idaman sejumlah jenis burung dan biawak. Pemandangan yang ditawarkan pulau ini, tentunya bikin kita betah berlama-lama.

Di pulau ini pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas bahari yang menyenangkan. Kita bisa memancing sepuasnya. Ada berjenis ikan di lautnya, antara lain ikan kerapu yang menjadi incaran para pemancing. Kita dapat memancing tanpa harus ke tengah lautan, cukup berjarak sekitar 50 hingga 100 meter dari pantai dan duduk santai di atas bebatuan. Berbagai jenis ikan dengan mudah memakan umpan yang kita jatuhkan ke laut. Selanjutnya ikan kita bakar di tepi pantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

Kita juga bisa berenang di pantainya tanpa perlu cemas tersapu ombak. Pilihan lain menyelam menikmati pemandangan bawah airnya yang mempesona berikut biota lautnya. Kalau malas berbasah ria, kita bisa berteduh dengan ayunan di bawah kerindangan pepohonan di tepi pantainya sambil membaca buku favorit.

Meskipun pulau ini mungil namun keindahan yang ditawarkan cukup besar. Wajar kalau warga dari luar Kota Sibolga berdatangan, terutama para pencinta alam. Selain itu tentunya warga Sibolga dan beberapa perusahaan yang mengadakan liburan bersama. Pulau ini juga kerap dijadikan sebagai lokasi liburan akhir pekan oleh keluarga.

Tips Perjalanan

Pulau Pasir Putih berada di perairan Sibolga, berdekatan dengan Pelabuhan Sibolga Tapanuli Tengah. Mudah menjangkaunya. Dari Terminal Amplas di Jalan Sisingamangaraja, Medan kita bisa naik mobil L300 atau KUPJ ke Sibolga. Ongkosnya Rp 80 ribu per orang. Waktu tempuhnya selama delapan jam. Selanjutnya menyewa perahu boat. Biayanya P/P Rp 75.000 per orang. Waktu tempuhnya sekitar 45 menit dengan menggunakan kapal boat kecepatan 100 pk.

Disarankan berangkat ke pulau ini selagi masih pagi, sekitar pukul 8-an untuk menghindari terik matahari. Bawa perbekalan air minum dan makanan kecil. Gunakan suncream untuk mengurangi sengatan matahari. Bawa serta perlengkapan renang, mancing dan lainnya. Kalau ingin menyelam, dapat menyewa perlengkapannya di rental hotel.

Di pulau ini tersedia penginapan sederhana berupa rumah pondok yang dilengkapi ruang berkumpul untuk membakar ikan hasil memancing. Kalau ingin jalan-jalan keluar pulau dapat menyewa perahu.

Sumber : Majalah Travel Club
READ MORE - Pesona Pulau Pasir Putih Sibolga

Kunjungi Danau di Atas Danau

Hari yang sangat cerah untuk kami memulai perjalanan. Tujuan kami adalah Danau Sidihoni. Inilah salah satu keunikan Pulau Samosir, yaitu danau di atas danau. Danau ini terletak 8 km dari Pangururan.
Menurut masyarakat sekitar, air danau ini surut pada saat gempa Nias beberapa waktu yang lalu. Air danau yang dulunya menutup dataran tersebut memang terlihat dangkal. Tidak ada yang tahu ke mana air itu menghilang.

Namun, surutnya air danau, tak mengurangi keindahan di sana. Danau Sidihoni yang dikelilingi pegunungan itu tidak kalah indah dengan lokasi wisata yang lainnya. Udara di sekitar danau jadi sangat sejuk.

Kemudian, perjalanan kami selanjutnya menuju Museum Huta Bolon Simanindo untuk menyaksikan Tarian Sigale-gale. Sebuah tarian tradisional masyarakat Batak yang juga memiliki legenda. Konon dalam tarian ini melibatkan seekor kerbau yang menjadi persembahan kepada dewa-dewi. Namun hanya simbolis saja.

Sebelum menyaksikan tarian Sigale-gale, kami sempat berkeliling ke dalam museum. Di sana terdapat beberapa peninggalan Raja Batak. Ada kain ulos dengan berbagai macam motif dan nama, peralatan masak, senjata perang dan perhiasan-perhiasan. Semuanya itu terkumpul dengan rapi di sebuah rumah adat Batak yang menjadi tempat penyimpanan, barang-barang tersebut dipajang dalam lemari kaca yang dipantek agar terhindar dari tangan-tangan jahil orang tidak bertanggung jawab.

Tepat pukul 10.30 tarian pun dimulai. Dimulai dengan menggiring kerbau ke tengah lapangan dan mengikatkannya pada sebuah pohon. Dari rumah adat yang ada di sebelah kanan dan kiri, muncul 3 wanita dan 2 pria lengkap dengan pakaian ada Batak. Mereka melakukan ritual tarian dengan iringan bunyi alat musik khas Batak. Tariannya seakan merepresentasikan kebiasaan masyarakat Batak pada jaman dahulu. Tarian ini memiliki 12 babak. Babak yang terakhir adalah Gondang Sigale-gale, yang menari dan bercerita dengan alat bantu boneka dari kayu.

Disampaikan bahwa pada jaman dahulu, ada seorang raja yang sangat sayang pada anaknya. Sampai pada suatu hari sang anak meninggal dunia karena sakit. Raja pun merasa sangat kesepian tanpa anaknya, lalu ia mencari pemahat yang sangat ahli dan memintanya untuk dibuatkan patung yang wujudnya sama persis seperti anaknya.

Namun karena itu hanya sebuah patung, Sang Raja tetap merasa kesepian. Akhirnya Sang Raja memanggil roh anaknya untuk masuk ke dalam patung itu agar dapat bergerak layaknya seorang manusia yang masih hidup. Kisah tentang kesedihan seorang ayah yang ditinggal anaknya inilah yang masih dijaga warga sekitar dengan melestarikannya.

Selesai dari museum Huta Bolon Simanindo, kami ingin sekali melihat bagaimana cara pembuatan ulos Batak. Tidak lengkap rasanya perjalanan kami bila belum melihat bagaimana pembuatan ulos Batak. Karena ulos merupakan kerajinan khas masyarakat Batak.

Kami tiba di Desa Perbaba. Di sana ada sebuah home industry penghasil ulos. Sayangnya, saat kami tiba di sana para pengrajin sedang beristirahat makan siang. Hanya nampak seorang ibu yang sedang mengerjakan ulos berwarna merah muda.

Di bawah matahari siang, sang ibu asyik duduk di bawah pohon yang rindang. Terlihat tangannya sangat terampil membuat motif untuk ulos dari benang berwarna emas. Alat yang digunakan tidak jauh berbeda dengan alat pembuat songket di Palembang. Yang membedakannya hanya motif-motif kainnya.

Ulos mempunyai motif yang sangat unik. Selesai melihat pembuatan ulos, perjalanan kami lanjutkan ke Siallagan Ambarita. Di sinilah terjadinya persidangan yang pertama kali. Tempatnya agak terpencil, dikelilingi oleh pagar dari batu dengan tinggi kira-kira 2 meter. Pintu masuknya kecil dan di sana juga ada sebuah patung yang menjaga pintu itu.

Masuk ke dalam Desa Siallagan terdapat kira-kira 7 rumah adat Batak. Di antara rumah-rumah tersebut, ada sebuah rumah yang paling besar. Rumah terbesar itu adalah rumah Raja Siallagan. Tepat di depan rumah Sang Raja, terdapat sebuah mahkamah persidangan yang terdiri dari sebuah meja bundar yang terletak di tengah-tengah dan dikelilingi oleh kursi-kursi yang semuanya terbuat dari batu.

Mahkamah itu dinaungi oleh sebuah pohon yang sangat besar dan tua, disebut Pohon Hari Ara. Pohon Hari Ara atau yang dikenal dengan Pohon Tujuh Hari. Disebut Pohon Tujuh Hari karena pohon ini merupakan perlambang dari makmur tidaknya sebuah kerajaan. Bila ditemukan sebuah tanah, maka pohon ara akan ditanam terlebih dahulu. Dan jika dalam tujuh hari pohon itu tidak tumbuh, maka tanah tersebut tidak layak dijadikan sebagai lokasi sebuah kerajaan. Sebab, jika pohon saja tidak dapat hidup, maka bagaimana halnya dengan manusia?

Siallagan Ambarita cukup ramai dikunjungi wisatawan, baik yang asing maupun domestik. Selama berada di dalamnya ada seorang guide yang akan menceritakan bagaimana sejarah Batu Persidangan ini. Cerita yang sangat unik dan menarik. Ditambah dengan pemandangan alam yang sangat indah, memukau dan memesona. Bagaimana? Apakah Samosir akan menjadi daerah tujuan anda berikutnya?

Tips Perjalanan

Pulau Samosir yang sekarang disebut sebagai Kabupaten Samosir, merupakan salah satu dari 13 kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Untuk mencapai pulau yang terletak ditengah danau Toba ini, dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama dengan menggunakan kapal ferry dari Ajibata dan yang kedua dengan jalan darat via Brastagi.

Dari Medan, kalau pergi rombongan lebih praktis menyewa mobil menuju Prapat. Dilanjutkan ke Samosir dengan menggunakan kapal ferry menyeberangi Danau Toba yang sangat legendaris. Jarak Medan ke Prapat sekitar 176 km atau lebih kurang 4 jam.

Samosir berhawa sejuk dan di beberapa tempat yang lebih tinggi terasa dingin. Sebaiknya bawa jaket atau sweater tebal biar lebih nyaman.

Sumber: Majalah Travel Club
READ MORE - Kunjungi Danau di Atas Danau