
Terimakasih untuk semua komentarnya dan untuk yang berencana pengen ke Danau Toba, kali ini saya berikan rute yang kemarin kita ambil. Selamat menikmati dan merencanakan liburannya.
Rute biasa yang diambil orang-orang atau wisatawan kalau pergi around the island lewat darat biasanya adalah dari Tuk-Tuk ke Siallagan (kursi batu), Simanindo(Tor-Tor Batak) terus ke Pangururan ke lereng Pusuk Buhit mengunjungi Aek Rangat (pemandian air panas) lalu meneruskan perjalanan hingga akhirnya kembalinya ke Tuk-Tuk melalui Tomok.

Dulu kita biasa pergi naik sepeda motor keliling Pulau Samosir dan kita selalu pergi ke Danau Sidihoni. Danau ini adalah danau kecil, saya lupa nama desanya, penduduknya tidak terlalu banyak dan kalau kita ke sana pada hari Minggu kita pasti bisa mendengar koor dari gereja yang ada di sekitar danau. Jadi suasananya benar –benar syahdu. Dulu diantara para wisatawan kita suka mengatakan anekdot “A lake in the island and an island in the lake and the lake in the island” bingung kan?
Dalam perjalanan kemarin, kita melakukan perjalan dengan sepeda motor (sewa sepeda motor Rp 50.000/hari termasuk driver/pemandunya) mengambil rute dari Tuk-Tuk langsung menuju ke Simanindo, tidak singgah di Siallagan karena sudah sering (buat teman-teman yang memang belum pernah ke Danau Toba ada baiknya singgah di Siallagan). Di Simanindo kita menikmati sajian Tor-Tor Batak yang moga-moga diijin tampil di KOKI sama Mamak Presiden. Lalu kita langsung menuju ke Aek Rangat (pemandian air panas) di lereng Pusuk Buhit tetapi kita tidak berhenti untuk menikmati.
Uda (panggilan untuk Bapa Uda/Pak lik) pemilikPoppy’s Guest House tempat kita nginap yang sekaligus juga adalah mantan bos saya karena beberapa tahun lampau saya bekerja di guest housenya kali ini menjadi pemandu kita mengatakan dia punya rute yang jauh lebih menantang dan kita manut karena memang dia tahu sekali hampir semua rute di pulau Samosir.

Kita meneruskan perjalanan untuk menuju ke Harian Boho dimana untuk pertama kalinya saya tahu memiliki sebuah air terjun yang sangat indah.Tidak seperti Tongging dengan jatuhannya yang sangat tinggi, air terjun di Harian Boho tidak tertalu tinggi tetapi sangat deras. Mungkin seperti air terjun Jurug Sewu di Sarangan lereng kaki gunung Lawu. Tetapi jatuhannya lebih deras dan bendungan air dibawahnya lumayan besar dan bersih. Sayang tidak bawa baju ganti, kalau ada baju ganti kita pasti mandi di sana.
Dan sekali lagi, selain air terjunnya perjalanan ke sinilah yang lebih mengasyikkan. Itu kita hampir seperti mendaki sampai ke dataran yang paling tinggi dimana kita bisa bertemu dengan angkutan dari Sidikalang menuju ke Medan (saya tidak ingat lagi nama tempatnya kalau ada yang tahu mohon diberi tahu ya) lalu dari titik pertemuan itu turun lagi sampai ke pinggiran Danau Toba dan kemudian naik lagi diantara sawah-sawah dan ladang penduduk di Harian Boho menuju ke Air Terjunnya.
Dari Harian Boho kita kembali ke titik pertemuan tadi lalu meneruskan perjalanan,maaf banget saya tidak begitu ingat rutenya tetapi yang pasti kita menyusuri sisi lain Pusuk Buhit hingga akhirnya kita kembali ke Pangururan. Bisa dikatakan kita mengelilingi Pusuk Buhit dan menyaksikan Danau Toba dari setiap sisi sehingga pada tempat tertentu kita tidak lagi bisa melihat Danau Toba hanya perkampungan dan hamparan sawah yang menghijau. Dan di titik paling ujung pandangan kita terlihat jajaran Bukit Barisan.

Sebuah perjalanan yang betul-betul melelahkan, menantang dan terbayar impas. Sebuah perjalanan yang membuat saya mengamini kata-kata orang Batak tentang Tano Toba nauli (Tanah Toba yang indah) bukan hanya Tao Toba nauli ( Danau Toba yang indah)
Penulis : Sylvia Sipayung - Jakarta
Sumber : Kompas Community