Membayangkan Pesona Laut Sawu

Kamis, 08 Juli 2010

Laut SawuLaut Sawu, sebuah kawasan perairan yang luas di jantung Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terletak di tengah-tengah wilayah dan dikelilingi oleh gugusan kepulauan Flores, Sumba, Timor dan Alor (Flobamora) ditetapkan sebagai taman laut nasional dan kawasan konservasi.

Sejak penetapan bulan Maret lalu, hingga kini belum ada rencana aksi nyata di lapangan. Berbagai pemangku kepentingan tengah mempersiapkan desain besar untuk konservasi kawasan tersebut. Perairan Laut Sawu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam kawasan segi tiga emas karang dunia (the coral triangle) yang memiliki keaneragaman hayati laut sangat kaya.

Perairan itu memiliki sebaran terumbu karang yang luas dan beragam spesies, sekaligus tempat perlintasan bagi 14 jenis paus dan habitat aman bagi lumba-lumba, duyung, ikan pari manta dan penyu, selain menjadi kawasan utama jalur pelayaran nasional.

Laut SawuKepala Dinas Perikanan dan Kelautan NTT Ana Salean mengatakan, sebagai kawasan "the golden triangle", perairan Laut Sawu menyimpan lebih dari 65 persen potensi lestari sumber daya ikan, namun juga menyimpan sejumlah persoalan seperti pengrusakan terumbu karang.

Selain itu, juga terjadi praktik penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, yang menggunakan racun, pemboman ikan, juga eksploitasi kawasan pesisir seperti penambangan pasir pantai dan karang mengakibatkan kemerosotan lingkungan di kawasan perairan tersebut.

Taman Nasional Perairan Laut Sawu meliputi kawasan seluas 3,5 juta hektare doa zona yakni wilayah perairan Selat Sumba dan sekitarnya dengan luas sekitar 567.165,54 hektare dan wilayah perairan Pulau Sabu, Rote, Timor dan Batek seluas 2,9 juta hektare lebih.

Sementara pemerintah Kabupaten Alor pada pada bulan Maret lalu juga telah menetapkan kawasan konservasi perairan daerah seluas 400.000 hektare menjadi jejaring kawasan sehingga total areal konservasi perairan Laut Sawu mencapai 3,9 juta hektare lebih.

Direktur Konservasi dan Taman Laut Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Perikanan dan Kelautan Agus Dermawan dalam sebuah workshop di Kupang, akhir Juni lalu, soal rencana strategi pengelolaan taman nasional Laut mengatakan, segi tiga karang dunia itu selain Indonesia di mana terdapat Laut Sawu, juga Filipina, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon.

Laut SawuDengan menjadikan perairan ini sebagai kawasan konservasi, kata dia, maka bisa menjadi basis daerah penangkapan ikan secara berkelanjutan dengan mendorong upaya perlindungan keaneka ragaman hayati laut di kawasan tersebut dan pemantaran dengan memperhatikan aspek pelestarian.

Dia menyebut, kawasan ini dikelola sebagai bank penyedia telur dan larva ikan, memberikan pembaharuan dan penambahan stok ikan di wilayah konservasi.

Agus juga mengungkapkan keberadaan taman nasional perairan Laut Sawu sangat penting bagi dunia karena menjadi kawasan konservasi terluas di segi tiga emas gugusan karang dunia, tempat di mana beraneka-ragam biota laut hidup dan berkembang.

Kawasan konservasi ini menjadi habitat ikan paus, dugong, lumba-lumba, hiu, penyu, ditambah sejumlah spesies langka seperti paus biru dan paus sperma.

Dengan penetapan areal seluas 3,5 juta hektare lebih sebagai kawasan konservasi, nantinya akan ada zona pembiakan ikan, ada zona penangkapan dan sebagainya, yang ditetapkan setelah melalui sebuah percakapan yang mendalam di antara semua pemangku kepentingan, lalu kemudian menindak-lanjutinya dengan rencana aksi nyata konservasi.

Laut SawuKawasan yang juga menjadi lalu lintas pelayaran nasional ini, semakin ramai karena di tingkat lokal saja belasan kapal motor penyeberangan atau fery melalui rute tersebut, belum termasuk kapal-kapal perintis dan kapal barang. Dalam hal Laut Sawu menjadi jalur pelayaran nasional, para pemangku kepentingan akan melakukan kampanye penyadaran, agar kapal-kapal tersebut tidak membuang limbah ke laut secara sembarangan.

Juga melakukan kampanye penyadaran terhadap masyarakat pesisir yang melakukan eksploitasi laut dan pantai, dengan tidak mengindahkan prinsip-prinsip ramah lingkungan, demi menjaga kelestarian perairan Laut Sawu.

Paus bercumbu rayu


Kawasan perairan Laut Sawu, menjadi area cumbu rayu ikan paus, melahirkan dan membesarkan anak. Anak ikan kemudian menyebar ke perairan lain di dunia, lalu kembali lagi untuk beranak-pinak di kawasan itu, kata ahli ikan paus DR Benjamin Kahn, yang juga direktur "Apex International", sebuah lembaga yang menaruh perhatian pada perlindungan mamalia laut, termasuk ikan paus.

Dia mengatakan, penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi perairan, akan memberikan manfaat besar bagi perlindungan terhadap mamalia laut, karena selain menjadi kawasan transit, juga daerah cumbu rayu dan berkembang biak paling aman bagi paus.

Kalau kemudian ada protes dari elemen masyarakat yang mengatasnamakan nelayan tradisional di Lamalera, Kabupaten Lembata yang hidupnya bergantung pada berburu ikan paus secara tradisional, menurut Kahn, justeru kekuatan masyarakat Lamalera bisa menjadi bagian dari sistem konservasi laut.

Dia membeberkan sejumlah manfaat bila Laut Sawu menjadi kawasan konservasi nasional. Manfaat itu misalnya, munculnya potensi baru bidang pariwisata, kampanye penyadaran kepada kapal-kapal yang menjadikan Laut Sawu sebagai basis pelayaran untuk tidak sembarang membuang limbah ke laut.

Manfaat lainnya, mempromosikan Kupang dan beberapa wilayah pesisir sebagai basis wisata alam, meningkatkan kapasitas berbagai lembaga yang terlibat dalam pengelolaan konservasi, pelatihan lapangan dan pendanaan untuk kegiatan berkelanjutan bagi berbagai pemangku kepentingan.

Khan juga mengungkapkan fakta bahwa kawanan paus dari berbagai perairan dunia membanjiri Laut Sawu pada musim tertentu, kemudian bercumbu rayu, beranak pinak, lalu menyebar ke berbagai perairan dunia.

Penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi ini sempat menuai protes dari sekelompok orang di Jakarta yang mengatas-namakan masyarakat Lamalera di Lembata. Protes ini ditanggapi dengan mengenyampingkan untuk sementara zona II konservasi meliputi wilayah Pulau Solor, Lembata, dan Alor (Solar).

Penulis : Danu Kusworo
Sumber: Kompas
Foto : erensdh, kaskus, goblue, indofamily, ansel-boto, Kompas

0 komentar:

Posting Komentar