Pantai Tanjung Lesung

Kamis, 08 Juli 2010

Pagi ini, langit terang, cuaca cerah dan berawan, saya menuju ke Pantai Tanjung Lesung. Tol merak tampak ramai tapi tidak begitu padat seperti hari-hari biasanya dan masih tetap truk dan kendaraan umum pengangkut barang sejenisnya yang memadatai ruas tol merak tsb.

Menuju Pantai Tanjung Lesung ini kita dapat memilih dua jalan alternative. Pertama, bisa keluar melalui pintu tol Serang Timur – Pandeglang atau yang kedua keluar melalui pintu tol Cilegon. Pilihan saya pagi ini keluar melalui pintu tol Serang Timur – Pandeglang.

Untuk menuju ke kawasan Pantai Tanjung Lesung tidaklah terlalu sulit. Banyak sekali traffic sign yang disediakan oleh pemda setempat sebagai penunjuk arah kepada para wisatawan yang hendak berkunjung ke lokasi. Perjalanan dari pintul tol Serang Timur menuju Pantai Tanjung Lesung menempuh sekitar 2 jam waktu perjalanan.

Apa sih yang ditawarkan dari Pantai Tanjung Lesung ini?

Pantai Tanjung Lesung, memiliki panorama pantai yang alami dan indah berpasir putih serta karang yang unik. Suasana dan kondisi kawasan wisata andalan Kabupaten Pandeglang ini cocok kegiatan olahraga air (snorkling, diving dan jetsky). Terletak di sebelah Barat wilayah Pandeglang. Kondisi air tenang dan jernih. Di bagian utara dari tanjung merupakan daerah perbukitan yang tidak begitu curam. Disini terdapat bagian laut yang menjorok ke pantai dan membentuk lagoon, bagian air laut membentuk seperti danau seluas 12 ha dan kedalaman sampai 5 meter dengan kondisi air yang tenang.

Sebagai seorang pengunjung Pantai Tanjung Lesung untuk yang pertama kalinya, boleh saya sampaikan sedikit informasi. Tanjung Lesung memang tidak sejauh bila kita mengunjungi Pantai Ujung Genteng yang terletak +/- 140 kilometer dari kota Pelabuhan Ratu, sekitar 3 jam dari Pelabuhan Ratu. Akan tetapi kondisi sepanjang perjalanan menuju ke Tanjung Lesung hampir sama seperti kondisi bila kita hendak berpergian ke Ujung Genteng :agak sulit untuk kita jumpai pelayanan BBM, rumah makan dan juga supermarket. Sebagai catatan saja, bila membawa keluarga atau rombongan, persiapkanlah kondisi kendaraan anda dengan sebaiknya dan juga tentu logistic -termasuk air bersih juga di sini tentunya- yang cukup selama anda inginkan menetap di sana.

Pada akhir dari 2 jam perjalanan selepas tol Serang Timur, akhirnya tibalah saya pada sebuah kawasan Tanjung Lesung Resort. Sebuah resort yang nyaman, resort ini memang terletak paling ujung dari kawasan Tanjung Lesung dan resort inilah juga yang mengelola tempat wisata di sana. Sayang sekali, dengan luas 1500 hektar, mereka membangun sebuah kawasan yang bisa saya katakana bisa dinikmati oleh kalangan “the have” saja.

Bagaimana tidak?

Coba kita lihat apa yang mereka tawarkan untuk kita? Hanya 3 pilihan akomodasi yang ditawarkan :Vila Kalicaa, Sailing club dan The Bay Villas.

The Bay Villas, mematok harga untuk weekend dari Rp.1.250.000++ s/d Rp. 4.375.000++. Sailing Club, menawarkan harga yang sedikit agak lebih murah dari The Bay Villas. Uniknya para turis asing lebih memilih menginap di sailing club ini. Padahal sailing club tidak dilengkapi oleh ac pendingin di setiap cottagenya dan juga tidak ada sarana kolam renang. Villa Kalicaa tidak sempat saya kunjungi, tapi dari melihat bentuk bangunan yang megah seperti kita mengunjungi rumah teman kita di kawasan pondok indah, rasanya harga sewa per villa pasti jauh lebih mahal lagi dari The Bay Villas. Dan secara keseluruhan para tamu yang datang berkunjung rata-rata membawa kendaraan high end class.

Benar-benar tempat bagi kalangan “the have” bukan?

Saya sempat mampir dan melihat-lihat The Bay Villas. Ah, cantik sekali konsep cottage yang mereka tawarkan kepada para pengunjung. Dan benar-benar sepadan dengan kocek yang kita keluarkan. Bolehlah saya beri judul the luxurious cottages with a beautiful gardens.

Ada apa lagi selain 3 akomodasi yang mewah tsb?
Ada :Beach Club

Beach club memang masih termasuk di dalam kawasan Tanjung Lesung Resort. Lokasi tidak jauh dari The Bay Villas. Beach Club menawarkan berbagai macam aktifitas, seperti water sports dan juga land-based activities. Untuk water sports mereka menyediakan jet ski, banana boat, glass bottom boat, water ski, wakeboard, sunset boat trip, sea kayaking, pedal boat, snorkeling, fishing dan diving lesson. Untuk land activities mereka menawarkan mountain biking dan hiking.

Selain itu ada juga, Krakatau trip dengan duration 6 hour dan Ujung Kulon trip dengan duration 8 hours. Ah ternyata ada juga horse riding, horse trekking, horse bathing dan picture taking.

Sangat menarik ketika saya membaca list dari yang Beach club tawarkan kepada para wisatawannya. Dan, aha, saya melirik snorkeling, sunset boat trip, sea kayaking dan horse riding.

Untuk snorkeling mereka patok dengan harga Rp.40.000,-/jam. Sudah termasuk perlengkapan fin dan sandal katak. Dan jangan putus asa bagi yang belum pernah snorkeling dan hendak mencobanya. Karena jangan kalian berpikir snorkeling ini akan dilakukan di tengah lautan lepas sana yang di bawahnya banyak hiu-hiu besar. Tidak, ini bukan begitu. Dengan digaet oleh seorang pemandu untuk mengajari bagaimana caranya snorkeling, tentunya kita hanya ber-snorkeling ria sekitar 50 meter dari bibir pantai. Tapi sayangnya, ketika itu laut sedang keruh begitu kata salah satu pegawai Beach Club. Dan untuk sementara waktu tidak ada kegiatan snorkeling.

Untuk sunset boad trip mereka memberikan harga Rp.70.000,-/jam. Sea kayaking Rp.30.000,-/jam. Riding horse Rp.95.000,-/15 menit.

Nah untuk yang berminat ber-sailing ria. Tempatnya ada lagi :Sailing Club. Selain menawarkan penginapan, tempat ini memang khusus bagi para sailing mania. Kebetulan lokasinya satu arah dari Beach Club dan masih di dalam area Tanjung Lesung Resort. Karena hari mulai menjelang sore, belum lagi mencari penginapan yang sesuai dengan kocek, semua keinginan itu terpaksa saya tangguhkan. Dan secara otomatis saya sudah berjanji, saya pasti akan kembali lagi suatu hari nanti. Demi bercanda dengan ikan laut yang cantik-cantik dan menikmati indahnya terumbu karang, menatap sunset dan mencoba berkuda di pantai, saya pasti akan kembali lagi. Pasti. For a peacefull places, begitu kata pak tua seorang bule pemilik dari Sailing Club.

Bertemu dengan mereka

Keluar dari Tanjung Lesung Resort, saya memutuskan untuk mengambil arah ke Carita. Ini adalah sebetulnya rute kedua bila kita ingin ke Tanjung Lesung via tol Cilegon. Tapi kini saya akan muncul dari belakangnya.

Sepanjang perjalanan dan masih di dalam kawasan pantai Tanjung Lesung, saya menemui beberapa petani tanaman coklat. Cukup aneh buat saya, karena mengingat saya belum pernah melihat wujud coklat secara masih berbetuk buah dan yang belum diolah. Meski tidak banyak jumlah petani coklat ini tapi beberapa dari merekapun menjual bibit tanaman coklat tsb. Sayangnya ketika itu hari tengah sepi dan tak ada satu petani coklat tampak di hadapan saya dan akhirnya saya tidak dapat mendapatkan informasi apa-apa dari si penjual bibit coklat tsb.

Melanjutkan perjalanan, saya melalui banyak desa nelayan. Sempat mencoba mengambil beberapa foto yang menarik sambil mencium angin yang bercampur bau garam. Memiliki rasa sensasi tersendiri, ketika bau garam itu menyerobot masuk ke dalam rongga paru-paru, sungguh berbeda.

Ah, lepas…..

Seperti anak-anak nelayan yang baru pulang dari sekolah. Masih dengan seragam pramukanya. Mereka turut membantu orang tua atau hanya sekedar menemani ayah dan ibunya yang sedang memperbaiki jala. Ada juga yang berlarian, bermain. Lepas……

Selepas saya melambaikan tangan ke arah beberapa anak kecil sesuai mencoba menangkap gambar mereka dari kejauhan. Dan mereka hanya tersipu malu, membalas lambaian tangan dengan berlari kecil menghindar dari tatapan saya. Juga, selepas angin menerbangkan senyuman saya buat mereka.

Petani coklat, desa nelayan dan akhirnya saya berhenti lagi dipinggiran hutan bakau. Saya bertemu dengan penangkap kepiting ungu.

Kepiting Ungu Pemanjat/Purple Climber Crab (Metopograpsus sp)

Nama ilmiahnya adalah Metopograpsus sp. Dia sering memanjat akar bakau. Kepiting ini memanjat untuk menghindari air pasang dan predator. Di balik rapatnya perakaran mangrove jenis Rhizhopora, Metopograpsus sering melakukan perkawinan. Proses kawin terjadi, sesaat setelah sang betina berganti kulit. Proses perkawinan, distimulasi oleh sebuah feromon. Kepiting kawin secara internal. Sang jantan memindahkan spermatozoa ke oviduk si betina. Mereka kawin di darat. Tapi setelah itu, saat suhu hangat, si betina segera menuju ke laut secara periodik untuk melepaskan telurnya.

Ada dua orang yang tengah asik mencari kepiting ungu tsb di antara batang-batang pepohonan. Setelah tertangkap lalu mereka masukan ke dalam sebuah wadah seperti dirigen yang telah dipotong permukaan atasnya. Kepiting ungu yang saya lihat sebagai hasil tangkapan mereka itu hanya berdiameter kira-kira 5-7 cm saja. Padahal, tadinya saya berpikir bahwa mereka sedang menangkap kepiting yang ukurannya besar, sama seperti kita lihat di restaurant sea food atau di pasar ikan.

Sambil ikutan membantu memasangkan sepasang mata lagi demi mencari kepiting ungu tsb, saya baru tahu bahwa kepiting-kepiting itu nanti akan di jual ke Jakarta dengan harga Rp.500,-/ekor. Dan akhirnya saya berhasil juga melihat seekor kepiting ungu yang tengah bersembunyi di antara bebatuan. Tapi sayangnya, kepiting ungu hasil buruan mata saya itu kakinya tidak lengkap, alias pincang. Kata si penangkap kepiting ungu, kepiting tsb tidak akan laku dijual karena namanya bukan kepiting ungu lagi tapi kepiting pincang. Ah sayang sekali tapi lucky you kepiting ungu, karena kamu aman dan masih bisa hidup lama di habitatnya.

Fenomena gelombang pasang

Jalanan tampak lengang, hanya 30 menit jarak Tanjung Lesung – Carita, melalui daerah bernama Labuan. Tidak begitu banyak tampak warga pesisir maupun para wisatawan berjalan dipinggiran jalan sepanjang pantai Carita sore itu.

Belum jauh kendaraan saya menginjak jalan Pantai Carita, saya menemukan banyak sekali potret beton dinding pemisah antara pantai dan jalanan ambruk dengan pasir-pasir pantai yang menyeruak mengotori permukaan aspal. Saya diam.

Tidak berapa lama, saya melihat yang lebih parah lagi. Warung-warung dipinggiran pantai dan juga gubuk bale-bale yang dibuat dengan sederhana itu hancur berantakan. Diam dan bertanda tanya di dalam benak, apa yang telah terjadi di sini?

Semakin jauh lagi, villa-villa yang menghadap view pantai banyak sekali digenangi oleh air dan belum surut. Ini pasti bukan ulah hujan lalu kemudian menjadi banjir, pikirku. Ini pasti ada sesuatu yang lebih dasyat lagi.

Gelombang pasang, warga Carita mulai mengungsi
Laporan Wartawan Kompas Anita Yossihara

Serang, Kompas – Gelombang pasang yang mulai meninggi Jumat (18/5) petang tadi, mengakibatkan ratusan warga di sekitar kecamatan Carita, kabupaten Pandeglang, Banten, memilih untuk mengungsi. Selain itu, puluhan perahu nelayan serta warung di sejumlah pantai wisata di pesisir pantai selatan dan pesisir barat Banten juga rusak diterjang gelombang.

Mereka yang mulai mengungsi pada petang hari di antaranya warga Desa Sukanegara, Kecamatan Carita. Ratusan warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, karena gelombang mulai memasuki kawasan perumahan penduduk. “Warga masih trauma dengan isu tsunami, makanya kami memilih mengungsi ke daerah aman,”tutur Didih Hidayat, salah seorang warga.

Camat Carita, Eris, membenarkan kondisi tersebut. Menurut dia, warga mulai panic sejak pagi hingga sore hari. Sebagian warga mengungsi, karena cemas rumah mereka akan terendam air laut.

Selain warga, para wisatawan yang tengah berada di sejumlah tempat peristirahatan juga mulai meninggalkan kawasan Pantai Carita. Mereka cemas, karena gelombang laut Barat Banten tersebut semakin meninggi.

Sabtu, jam 1 dini hari, saya beringsut untuk kembali ke Jakarta. Melihat air laut mulai meninggi kembali dengan riuh gelombang semakin membludak memecah batu-batu cadas dipinggiran.

Sejenak, merasa takut yang sangat dalam akan kekuatan alam. Lebih baik menghindar, pikirku. Tetapi sesaat masih dapat menikmati indahnya api yang berkobar dari salah satu menara api Krakatau Steel, perusahaan besar penghasil baja di Indonesia. Api yang sangat besar, berkobar-kobar di langit malam, menerangi sebagian besar wilayah Cilegon dan sekitarnya.

Terima kasih untuk satu hari yang indah ini. Meski tidak ada penganan emping di tangan dan meski tidak sempat memborong kopyor yang lezat itu, saya sudah di rumah lagi. Meski tidak bercengkerama dengan ibu-ibu petani rumput laut dan tertawa lepas bersama ibu-ibu tua penjaja emping di pinggiran pantai, saya sudah di rumah lagi.

Penulis : Vera Ernawati - Jakarta
Sumber : Kompas Community

0 komentar:

Posting Komentar