Penangkaran Rusa Cariu

Kamis, 08 Juli 2010

Tempat penangkaran Rusa di Cariu ini tidak banyak diketahui orang. Sepi dan jauh dari keramaian. Padahal, lokasi ini sudah ada sejak tahun 1993 dengan nama Wahana Wisata Penangkaran Rusa (WWPR) milik Dinas Perhutani Bogor. Ditilik dari lokasinya, tempat ini sebetulnya potensial didatangi oleh wisatawan lokal yang ada di Jakarta, Bogor dan Cianjur atau Bandung. Artinya, jika mereka tau disini ada tempat wisata alam yang lumayan bagus, tentunya akan banyak pengunjung yang kemari.

Arah dari Jakarta menuju lokasi ini gampang saja, pergilah kearah Cibubur, lalu masuk di jl. Alternatif Cibubur-Cileungsi. Terus saja arahkan mobil kearah Jonggol tembus ke Cianjur. Melalui jalan yg lumayan bagus dan berliku liku melewati sawah yang luas dan deretan perbukitan yang cukup indah, sampailah kita di desa Buana Jaya, Kecamatan Tanjung sari, Cariu, Bogor. Disinilah lokasi WWPR berada, karena itu penduduk sekitar menyebutnya sebagai: “rusa cariu”, artinya penangkaran ini berada diwilayah Cariu. Jika dihitung dari Cibubur, bisa jadi jauhnya sekitar 40 km lebih dan kurang. Tidak jauh amat, kan.

Ditepi jalan berdiri papan nama sederhana dari kayu apa adanya bertuliskan: penangkaran rusa. Belokan mobil, melewati jalan berbatu kasar sepanjang 50m kedalam hingga berhenti ditepi sungai Cibeet yang sangat lebar dan berair deras. Mobil tidak dapat melanjutkan perjalanan karena didepan sudah ada jembatan gantung yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki dan naik motor. Lokasi penangkaran itu sendiri masih perlu berjalan kaki sekitar 50 m lagi melalui hutan sekunder yang nyaman dan satu lokasi camping kecil. Sekilas mata menyapu lokasi, tempatnya sungguh enak, bersih, dibawah bayang bayang keteduhan pepohonan yang rindang dan gemericik air sungai dari kejauhan. Tempat ini cocok juga dipakai buat siapapun yang ingin menyepi dari bisingnya dunia luar. Saya sendiri sempat berkeinginan menghabiskan cuti 2 hari dengan camping disini karena melihat sepinya lokasi ini. Pasti ideal untuk melakukan treking ringan sambil mengitari wilayah ini, kata saya dalam hati.

Didalam, kami melihat satu areal luas yang dibatasi oleh pagar kawat melingkar. Ditengahnya membelah jalan berbentuk jembatan kayu memanjang yang diujungnya ada gazebo lebar. Sebelum masuk kami bersalaman dahulu dengan penjaga lokasi penangkaran ini dan berbicara penuh tawa ramah. Setelah berkenalan kami pun masuk kedalam melewati jembatan kayu itu keareal tempat rusa berada.

Rusa disini lumayan jinak dengan pengunjung. Mereka tanpa ragu bisa mendekat dan meminta makan langsung dari tangan manusia yang memberinya. Ini sebuah momen yang amat menyenangkan. Bisa dibayangkan jika membawa anak kecil kemari, tentunya merupakan hal yang amat berkesan bagi dirinya berdiri berdekatan dengan sekelompok rusa sambil memberi makan langsung dari tangan sendiri. Makanan kesukaan hewan herbivora ini adalah buah buahan manis. Dan rusa-rusa akan dengan antusias mendekat jika dipanggil sambil mengacungkan sekepal buah buahan didepan matanya.

Lucunya, rusa disini takut dengan pengunjung berpakaian dokter. Kata penjaganya, penghuni disini akan sontak berlarian menjauh jika ada orang dengan pakaian dokter kemari. Tampaknya mereka semua jerih dikejar kejar dan ditangkap lalu disuntik oleh dokter hewan yang rutin berkunjung kesini. Saya tertawa geli dalam hati. Ternyata rusa takut juga disuntik, dan luarbiasanya mereka bisa mengingat dari bentuk pakaian manusia yang datang disini. Jadi, pesan moralnya simple saja: “Jika ingin memberi makan rusa, maka jangan berpakaian bak seorang dokter, dijamin rusanya lari bersembunyi diantara semak semak”. Hahaha

Melihat komposisi penghuni lokasi WWPR, disini terdapat campuran beberapa species rusa. Diantaranya adalah rusa totol (Axis Axis), rusa jawa (Axis Timorensis), dan rusa bawean (Axis Kuhlii). Populasinya lumayan banyak, ada sekitar 70 ekor rusa dibiarkan lepas dalam kandang seluas 2 ha.

Populasi ini akan tetap dipertahankan dalam jumlah ideal dengan luas kandang. Rusa memang hewan yang aktif soal “anak beranak”. Dalam usia 20 bulan, seekor rusa jantan sudah bisa membuat bunting 20 ekor rusa betina. Luar biasa memang. Tidak heran lantas muncul mitos bahwa organ rusa sanggup mendongkrak libido (walaupun itu tidak terbukti secara ilmiah). Apabila sekelompok komunitas rusa tidak menemui predator alamiahnya dialam, dipastikan jumlah mereka akan dengan cepat membengkak.

Karena itu, jika jumlahnya berlebih maka sisanya akan dijual kepada siapapun yang berminat . Kedengarannya aneh memang, tapi rusa disini memang boleh dibeli melalalui Perhutani Bogor. Harga persatuan antara 2 juta hingga 5 juta per ekor tergantung usia dan berat tubuhnya. Apakah dibeli untuk dimakan? Entahlah. Penjaga disini juga tidak tau untuk apa rusa itu dibeli. Yang pasti, mereka mengaku tidak mau menyembelih rusa dan memakannya. Rasa sayang karena memelihara rusa membuat mereka tidak tega hati memakan binatang piaraan ini.
Tanpa sadar jam sudah bergeser hingga jam 2 siang. Perut kami sudah berbunyi berdentam dentam bak genderang perang, tanda lapar mulai menyerang.

Kami segera menyantap makanan yang kami bawa dari Jakarta sambil duduk duduk di saung sederhana yang ada disana. Lokasi ini jeleknya cuma satu yakni tidak ada warung makan atau berjualan snack ringan. Karena itu, jika tidak mau lapar, lebih baik siapkan makanan sejak dari Jakarta. Jangankan makanan, listrik pun tak ada disini. Semuanya serba sederhana dan apa adanya. Untungnya disini ada MCk yang memadai. Pengunjung yang sudah kebelet bisa “bertapa” dengan nyaman di MCK tanpa perlu takut melakukan itu disungai Cibeet

Penulis : hantulaut(hsg)
Lokasi : Buanajaya, Cariu, Bogor
Fotografer : hantulaut
Sumber : Navigasi.net

0 komentar:

Posting Komentar