Bentuknya seperti kura-kura bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad. Permukaannya datar berwarna hitam Di sisi yang lain, terlihat berwarna seperti tembaga. Walau begitu, itu adalah batu.. Masyarakat Minang dan orang yang pernah melihatnya menamainya batu angkek-angkek. Angkek dalam bahasa Minang berarti angkat. Jadi Batu Angkek-angkek adalah batu yang diangkat.
Batu Angkek-angkek terdapat Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar. Dari Kota Batusangkar, menempuh perjalanan sekitar 11 Km. Konon dipercaya masyarakat memiliki kekuatan gaib yang bisa meramal nasib seseorang.
Batu ini dimanfaatkan masyarakat untuk menguji keinginan atau cita-cita mereka terkabul atau tidak. Jika Batu Angkek-angkek bisa diangkat ke atas pangkuan, berarti keinginan atau cita-citanya bisa terkabul. Bila tidak, maka keinginan atau cita-citanya tidak akan terkabul.
Badan besar tidak menjamin bisa mengangkat batu ini. Batu ini bisa mengalahkan kekuatan manusia. Jika tidak terkabul, rasanya seperti mengangkat beban yang maha berat. Begitu sebaliknya, keingninan terkabul, bila batu ini menjadi ringan dan bisa diangkat. Bukan mendahalui Tuhan, banyak yang memanfaatkannya. Batu Angkek-angkek hanya sebagai pertanda, Tuhan yang mengabulkannya.
Batu tersebut berada di sebuah Rumah Gadang. Penjaganya merupakan keturunan ke sembilan Datuak Bandaro Kayo. Alasnya dari kain berwarna putih. Di sampingnya terdapat ruangan tertutup yang terbuat dari kain berwarna merah khas Minangkabau.
Untuk mengangkat Batu Angkek-angkek ada tatacaranya. Tidak main angkat saja. Setiap akan mengangkat, harus berwudhu terlebih dahulu. Kemudian, pengunjung disuruh membaca salam saat memasuki areal kain putih tempat batu diletakkan. Setelah itu duduk bersimpuh di hadapan batu. Usai membaca Asma Allah dan salawat, ucapkan keinginan yang hendak dicapai dengan memohon kepada Tuhan di dalam hati. Setelah itu, baru batu diangkat.
Alfi Putra salah seorang keturunan Datuk Bandaro Kayo bercerita, batu itu pertama kali ditemukan oleh Datuak Bandaro Kayo saat akan memasang tiang rumah.
Konon dulu, Datuk Bandaro Kayo kepala suku kaum Piliang bermimpi didatangi Syech Ahmad. Dalam mimpinya Syech Ahmad berpesan kepada Datuk Bandaro Kayo mendirikan perkampungan yang sekarang bernama Kampung Palangan.
Pada saat pemancangan tonggak pertama terjadi suatu keanehan. Tiba-tiba saja terjadi gempa lokal. Lalu disusul hujan panas selama 14 hari 14 malam. Terjadinya peristiwa itu, masyarakat lalu mengadakan musyawarah.
Saat musyawarah berlangsung, terdengar suara aneh berasal dari dalam lobang tempat pemancangan tiang tersebut. Suara tersebut mengatakan, kalau di dalam lobang tersebut terdapat batu bernama Batu Pandapatan. Suara itu juga berpesan agar batu itu dijaga baik-baik.
Sejak itu, batu tersebut dipercaya memiliki kemampuan gaib. Bisa ‘melihat’ lebih jauh ke masa depan, apakah keinginan atau cita-cita seseorang bisa tercapai atau tidak. Entah iya atau tidak, yang jelas cukup banyak pengunjung yang berdatangan ke tempat ini. Tidak hanya masyarakat sekitar, tapi juga wisatawan lokal dan nasional.
Mereka pada umumnya membawa sejuta tanda tanya dalam hati tentang cita-cita di masa depan. Bahkan, tidak jarang yang mencobanya berulang-ulang kali. Penasaran dalam hati kenapa sang batu tak bisa juga diangkat-angkat.
Seperti halnya salah seorang pengunjung, Ria, 29, asal Lintau, Tanah Datar yang datang bersama suaminya. Tatkala mempertanyakan keinginannya tentang kesuksesan karir, tapi batu angkek-angkek tak kunjung bisa diangkat. Karenanya, ia mencobanya dengan niat yang lain. Namun, entah karena memang cita-citanya itu tidak akan terwujud atau karena batunya yang sangat berat, perempuan itu tak bisa mengangkat sedikitpun batu yang sepertinya menempel kuat di lantai rumah berlantai kayu tersebut. Berbeda dengan suami yang berhasil mengangkat dua kali batu yang berwarna kekuningan itu.
“Uff, berat juga!” ujar Andi, sang suami. Walaupun tidak begitu percaya dengan mitos tentang batu itu, yang jelas Andi cukup puas dengan keberhasilannya mengangkat batu angkek-angkek. “Wah, bisa-bisa setiap mau ngambil keputusan, harus datang ke batu angkek-angkek dulu nih,” cetusnya cengingisan.
0 komentar:
Posting Komentar