Keindahan yang tersembunyi.Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pesona desa Haratai di Kecamatan Loksado, Kab. Hulu Sungai Selatan ini.Di desa yang didiami oleh suku Dayak Meratus ini terdapat berbagai objek menarik yang cocok untuk dijelajahi.
Bersama 3 orang teman, saya lajukan kendaraan menuju desa yang berada disela-sela megahnya Pegunungan Meratus yang membentang di sebagian besar wilayah Kalsel.Kota terakhir yang kami jumpai adalah Kandangan, sebuah kota kecil yang merupakan ibukota Kab. Hulu Sungai Selatan.
Dari Kandangan, perjalanan masih menyisakan sekitar 38 kilometer atau sekitar 1 jam.Melewati berbagai desa seperti desa Muara Hatip, yang lokasinya berada di sekitar Gunung Kentawan yang tampak menjulang.Umumnya desa-desa yang tampak bersahaja itu didominasi oleh suku Banjar dan suku Dayak Meratus.Mereka hidup berdampingan secara damai.Berbagai sarana ibadah pun tampak kokoh, menandakan betapa rukun nya hidup di pedalaman Kalimantan ini.
Sebuah pintu gerbang menyambut kedatangan kami, menandakan perjalanan telah memasuki kawasan Loksado.Sebuah kecamatan yang hampir setiap pekan di kunjungi oleh turis asing terutama dari negara-negara Eropa.Loksado terkenal cocok untuk menjajal hobi petualangan seperti bamboo rafting, trekking, camping, hiking dan lain-lain.
Salah satu nya desa Haratai yang saya kunjungi ini.Dari pusat Loksado, perjalanan dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh sekitar 30 menit.Selama perjalanan kami melewati pemandangan alam yang sangat cantik & natural.Hutan, sungai, bebatuan besar, jembatan gantung, bukit-bukit, kebun kayu manis & bambu serta beberapa rumah Dayak Meratus.
Sesampai nya di desa Haratai, kami langsung menemui puluhan rumah berbentuk panggung milik suku Dayak Meratus.Beberapa warga pun kami jumpai disana.Ada yang sekedar duduk-duduk santai di pelataran rumah bahkan ada yang terlihat asyik mengurusi tanaman di sekitar rumah mereka.Bahkan kami sempat menemui beberapa tanaman anggrek khas Loksado.
Disudut lain, ada sebuah bangunan besar yang disebut warga sekitar Balai Haratai.Saya pun tergerak untuk segera memasuki ruangan yang tak berpenghuni itu.Di dalam balai terdapat puluhan bilik kamar berukuran kira-kira 3 x 4 meter.Di berbagai perkampungan Dayak lain seperti di Kalimantan Barat, warga Dayak mendirikan rumah panjang seperti ini yang di dalamnya dihuni oleh puluhan kepala keluarga.
Tapi Balai Haratai yang saya temui ini katanya sudah tidak berpenghuni lagi.Hanya pada saat-saat tertentu saja diramaikan oleh warga Dayak Meratus.Seperti pelaksanaan acara adat Aruh Ganal.Sebuah perayaan yang digelar untuk mensyukuri hasil panen.
Warga Dayak umumnya sangat menghormati roh-roh nenek moyang.Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh.
Selain itu mereka juga sangat menghargai limpahan alam yang mudah ditemui di bumi Kalimantan.Seperti yang saya temui di desa Haratai ini.Untuk mendapatkan air, mereka cukup memanfaatkan air bersih yang datang dari pegunungan.Sistem pengairan yang digunakan sangat sederhana, yakni dengan menggunakan bambu yang dibelah.Bambu-bambu tersebut saling menyambung sehingga dapat mengalirkan air dari pegunungan menuju rumah penduduk.
Uniknya, air jernih yang alami tersebut mengalir selama 24 jam non stop.Benar-benar perpaduan yang sangat indah antara manusia dan alam.Saya sangat kagum terhadap kehidupan bersahaja milik warga Dayak Meratus ini.Hidup di rumah-rumah yang sederhana pula.
Berkunjung ke desa Haratai tidak lengkap jika tak mengunjungi air terjun yang juga dinamai Haratai.Lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Balai Haratai.Untuk menuju ke air terjun ini, kami harus melakukan perjalanan tanpa kendaraan.Waktu yang kami tempuh sekitar 20 menit.Melewati berbagai jenis pohon serta sebuah jembatan gantung yang dibawah nya terdapat Sungai Amandit.
Sesampainya di air terjun Haratai, saya bersama rombongan segera mendekati sebuah telaga yang air nya bergelombang mirip di lautan.Karena tekanan yang berasal dari jatuhnya air dari atas bukit.Air di telaga tersebut berwarna agak kehijauan dan sangat dingin.
Loksado dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum.Setibanya di Loksado anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Haratai dengan 3 cara saja.Menggunakan jasa tukang ojek, menggunakan kendaraan roda dua milik pribadi atau jalan kaki.Karena akses menuju desa Haratai tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.Tarif sewa ojek sebesar Rp 50.000 PP.
sumber : kalimantanku.blogspot.com
Bersama 3 orang teman, saya lajukan kendaraan menuju desa yang berada disela-sela megahnya Pegunungan Meratus yang membentang di sebagian besar wilayah Kalsel.Kota terakhir yang kami jumpai adalah Kandangan, sebuah kota kecil yang merupakan ibukota Kab. Hulu Sungai Selatan.
Dari Kandangan, perjalanan masih menyisakan sekitar 38 kilometer atau sekitar 1 jam.Melewati berbagai desa seperti desa Muara Hatip, yang lokasinya berada di sekitar Gunung Kentawan yang tampak menjulang.Umumnya desa-desa yang tampak bersahaja itu didominasi oleh suku Banjar dan suku Dayak Meratus.Mereka hidup berdampingan secara damai.Berbagai sarana ibadah pun tampak kokoh, menandakan betapa rukun nya hidup di pedalaman Kalimantan ini.
Sebuah pintu gerbang menyambut kedatangan kami, menandakan perjalanan telah memasuki kawasan Loksado.Sebuah kecamatan yang hampir setiap pekan di kunjungi oleh turis asing terutama dari negara-negara Eropa.Loksado terkenal cocok untuk menjajal hobi petualangan seperti bamboo rafting, trekking, camping, hiking dan lain-lain.
Salah satu nya desa Haratai yang saya kunjungi ini.Dari pusat Loksado, perjalanan dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh sekitar 30 menit.Selama perjalanan kami melewati pemandangan alam yang sangat cantik & natural.Hutan, sungai, bebatuan besar, jembatan gantung, bukit-bukit, kebun kayu manis & bambu serta beberapa rumah Dayak Meratus.
Sesampai nya di desa Haratai, kami langsung menemui puluhan rumah berbentuk panggung milik suku Dayak Meratus.Beberapa warga pun kami jumpai disana.Ada yang sekedar duduk-duduk santai di pelataran rumah bahkan ada yang terlihat asyik mengurusi tanaman di sekitar rumah mereka.Bahkan kami sempat menemui beberapa tanaman anggrek khas Loksado.
Disudut lain, ada sebuah bangunan besar yang disebut warga sekitar Balai Haratai.Saya pun tergerak untuk segera memasuki ruangan yang tak berpenghuni itu.Di dalam balai terdapat puluhan bilik kamar berukuran kira-kira 3 x 4 meter.Di berbagai perkampungan Dayak lain seperti di Kalimantan Barat, warga Dayak mendirikan rumah panjang seperti ini yang di dalamnya dihuni oleh puluhan kepala keluarga.
Tapi Balai Haratai yang saya temui ini katanya sudah tidak berpenghuni lagi.Hanya pada saat-saat tertentu saja diramaikan oleh warga Dayak Meratus.Seperti pelaksanaan acara adat Aruh Ganal.Sebuah perayaan yang digelar untuk mensyukuri hasil panen.
Warga Dayak umumnya sangat menghormati roh-roh nenek moyang.Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh.
Selain itu mereka juga sangat menghargai limpahan alam yang mudah ditemui di bumi Kalimantan.Seperti yang saya temui di desa Haratai ini.Untuk mendapatkan air, mereka cukup memanfaatkan air bersih yang datang dari pegunungan.Sistem pengairan yang digunakan sangat sederhana, yakni dengan menggunakan bambu yang dibelah.Bambu-bambu tersebut saling menyambung sehingga dapat mengalirkan air dari pegunungan menuju rumah penduduk.
Uniknya, air jernih yang alami tersebut mengalir selama 24 jam non stop.Benar-benar perpaduan yang sangat indah antara manusia dan alam.Saya sangat kagum terhadap kehidupan bersahaja milik warga Dayak Meratus ini.Hidup di rumah-rumah yang sederhana pula.
Berkunjung ke desa Haratai tidak lengkap jika tak mengunjungi air terjun yang juga dinamai Haratai.Lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Balai Haratai.Untuk menuju ke air terjun ini, kami harus melakukan perjalanan tanpa kendaraan.Waktu yang kami tempuh sekitar 20 menit.Melewati berbagai jenis pohon serta sebuah jembatan gantung yang dibawah nya terdapat Sungai Amandit.
Sesampainya di air terjun Haratai, saya bersama rombongan segera mendekati sebuah telaga yang air nya bergelombang mirip di lautan.Karena tekanan yang berasal dari jatuhnya air dari atas bukit.Air di telaga tersebut berwarna agak kehijauan dan sangat dingin.
Loksado dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum.Setibanya di Loksado anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Haratai dengan 3 cara saja.Menggunakan jasa tukang ojek, menggunakan kendaraan roda dua milik pribadi atau jalan kaki.Karena akses menuju desa Haratai tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.Tarif sewa ojek sebesar Rp 50.000 PP.
sumber : kalimantanku.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar