Kali ini saya menuliskan rute perjalanan yang kami ambil jadi seandainya ada rekan2 yang mau kesana bolehlah ikutan rute ini, kalau pergi ngajak2 ya. Soalnya saya tinggalnya di Medan bukan di Jakarta. Saya minta maaf kalau tidak bisa menjawab dan mengucapkan terimakasih untuk komentar pada tulisan tersebut.Saya tidak bisa log in ke KOKI dan rasanya tinggal email dari kantor nih yang belum dipake untuk register tapi rasanya kok ga etis ya?
Terimakasih untuk semua komentarnya dan untuk yang berencana pengen ke Danau Toba, kali ini saya berikan rute yang kemarin kita ambil. Selamat menikmati dan merencanakan liburannya.
Rute biasa yang diambil orang-orang atau wisatawan kalau pergi around the island lewat darat biasanya adalah dari Tuk-Tuk ke Siallagan (kursi batu), Simanindo(Tor-Tor Batak) terus ke Pangururan ke lereng Pusuk Buhit mengunjungi Aek Rangat (pemandian air panas) lalu meneruskan perjalanan hingga akhirnya kembalinya ke Tuk-Tuk melalui Tomok.
Kalau dulu ketika masih banyak sekali tamu masih ada rute untuk trekking ke puncak Pusuk Buhit lalu ke Danau Sidihoni. Mungkin banyak banget yang tidak tahu kalau di puncak Pulau Samosir yang berada di Danau Toba masih ada danau kecil tapi ya perjalanan kesana melelahkan. Tetapi rasa lelah tidak terlalu terasa karena sepanjang perjalanan kita pasti disuguhi pemandangan indah. Turunnya ke Tomok dan makan malam di sana.
Dulu kita biasa pergi naik sepeda motor keliling Pulau Samosir dan kita selalu pergi ke Danau Sidihoni. Danau ini adalah danau kecil, saya lupa nama desanya, penduduknya tidak terlalu banyak dan kalau kita ke sana pada hari Minggu kita pasti bisa mendengar koor dari gereja yang ada di sekitar danau. Jadi suasananya benar –benar syahdu. Dulu diantara para wisatawan kita suka mengatakan anekdot “A lake in the island and an island in the lake and the lake in the island” bingung kan?
Dalam perjalanan kemarin, kita melakukan perjalan dengan sepeda motor (sewa sepeda motor Rp 50.000/hari termasuk driver/pemandunya) mengambil rute dari Tuk-Tuk langsung menuju ke Simanindo, tidak singgah di Siallagan karena sudah sering (buat teman-teman yang memang belum pernah ke Danau Toba ada baiknya singgah di Siallagan). Di Simanindo kita menikmati sajian Tor-Tor Batak yang moga-moga diijin tampil di KOKI sama Mamak Presiden. Lalu kita langsung menuju ke Aek Rangat (pemandian air panas) di lereng Pusuk Buhit tetapi kita tidak berhenti untuk menikmati.
Uda (panggilan untuk Bapa Uda/Pak lik) pemilikPoppy’s Guest House tempat kita nginap yang sekaligus juga adalah mantan bos saya karena beberapa tahun lampau saya bekerja di guest housenya kali ini menjadi pemandu kita mengatakan dia punya rute yang jauh lebih menantang dan kita manut karena memang dia tahu sekali hampir semua rute di pulau Samosir.
Rute biasa setelah dari Aek Rangat kita akan kembali ke Pangururan lalu dari sana meneruskan perjalanan tetapi kali ini kita tidak kembali ke Pangururan melainkan meneruskan perjalanan dari Aek Rangat menuju ke Sianjur Mula-Mula yang menurut sejarah orang Batak adalah asal dari nenek moyang orang Batak. Di Sianjur Mula-Mula terdapat monumen yang menceritakan asal-usul dan kisah orang Batak. Tetapi yang paling menyenangkan adalah perjalanan menuju ke sana karena kita akan berada di sisi lain dari Pusuk Buhit yang berarti memandangi Danau Toba dari sisi yang lain. Dan pemandangan yang kita dapati merupakan sebuah pemandangan yang spektakular!! Dari sini kita bisa menikmati pemandangan seluruh Danau Toba.
Kita meneruskan perjalanan untuk menuju ke Harian Boho dimana untuk pertama kalinya saya tahu memiliki sebuah air terjun yang sangat indah.Tidak seperti Tongging dengan jatuhannya yang sangat tinggi, air terjun di Harian Boho tidak tertalu tinggi tetapi sangat deras. Mungkin seperti air terjun Jurug Sewu di Sarangan lereng kaki gunung Lawu. Tetapi jatuhannya lebih deras dan bendungan air dibawahnya lumayan besar dan bersih. Sayang tidak bawa baju ganti, kalau ada baju ganti kita pasti mandi di sana.
Dan sekali lagi, selain air terjunnya perjalanan ke sinilah yang lebih mengasyikkan. Itu kita hampir seperti mendaki sampai ke dataran yang paling tinggi dimana kita bisa bertemu dengan angkutan dari Sidikalang menuju ke Medan (saya tidak ingat lagi nama tempatnya kalau ada yang tahu mohon diberi tahu ya) lalu dari titik pertemuan itu turun lagi sampai ke pinggiran Danau Toba dan kemudian naik lagi diantara sawah-sawah dan ladang penduduk di Harian Boho menuju ke Air Terjunnya.
Dari Harian Boho kita kembali ke titik pertemuan tadi lalu meneruskan perjalanan,maaf banget saya tidak begitu ingat rutenya tetapi yang pasti kita menyusuri sisi lain Pusuk Buhit hingga akhirnya kita kembali ke Pangururan. Bisa dikatakan kita mengelilingi Pusuk Buhit dan menyaksikan Danau Toba dari setiap sisi sehingga pada tempat tertentu kita tidak lagi bisa melihat Danau Toba hanya perkampungan dan hamparan sawah yang menghijau. Dan di titik paling ujung pandangan kita terlihat jajaran Bukit Barisan.
Saya sendiri selama perjalanan sering berpikir kita ada dimana?lalu nanti kita keluar dari mana? Apakah kita turun ke Tomok atau kemana? Dan kita ternyata kembali ke Pangururan.Ini artinya kita menghabiskan waktu hanya menyusuri pemandangan dengan mengelilingi Pusuk Buhit.
Sebuah perjalanan yang betul-betul melelahkan, menantang dan terbayar impas. Sebuah perjalanan yang membuat saya mengamini kata-kata orang Batak tentang Tano Toba nauli (Tanah Toba yang indah) bukan hanya Tao Toba nauli ( Danau Toba yang indah)
Penulis : Sylvia Sipayung - Jakarta
Sumber : Kompas Community
About Me
- wild civet
Tanah Toba yang Indah
Sabtu, 10 Juli 2010Diposting oleh wild civet di 07.17
Label: sumatera utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar