Bendera warna-warni berkibarkibar di sekitar lapangan. Para penjaja makanan, minuman dan cinderamata berjajar di setiap sisinya. Spanduk-spanduk para sponsor berupa bank-bank ternama dan perusahaan rokok nasional turut bangga menghiasi arena. Lautan manusia memadati area, tak perduli hawa panas dan angin kering yang bertiup kencang. Ada apa sih sebenarnya?
Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, tak ada bedanya. Semua bergabung hampir setiap akhir minggu sepanjang bulan Agustus atau September, idealnya sebelum atau sesudah bulan puasa, untuk menyaksikan permainan unik kebanggaan Madura, Kerapan Sapi. Sebuah ajang balapan antara sepasang sapi dengan pasangan sapi lainnya, yang menyerap seluruh energi pulau kecil ini, baik dari sisi waktu, tenaga maupun dana. Para pelancong pun turut berpanas-panas memenuhi area untuk melihat serunya balap sapi khas Madura ini.
How Do They Run?
Begini caranya. Dua ekor sapi diikat pada sebuah rangkaian dari kayu yang disebut keleles, mirip rangkaian tradisional untuk membajak sawah, dan juga berfungsi sebagai tempat duduk joki yang mengendalikan sapi-sapi tersebut. Kedua sapi ini harus seimbang, baik dari bentuk dan ukuran badannya, maupun kecepatan dan staminanya.
Sapi-sapi ini lalu dilatih untuk berlari kencang. Namun latihannya tidak sering, paling-paling hanya 2 sampai 3 kali sebelum pertandingan. Karena beda dengan kuda, sapi sebenarnya tergolong binatang yang tidak suka bergerak cepat. Jadi jika terlalu sering 'dipaksa' lari, malah bisa sakit dan turun performanya. Latihan biasanya diadakan sore hari, sekitar jam 15.00, dan selesai sebelum gelap, karena sapi-sapi ini matanya rabun saat malam menjelang.
Keleles memegang peranan yang cukup penting untuk menentukan kemenangan. Keleles tersebut harus dirancang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti berat dan besar badan sapi, berat dan besar badan joki, berat kayu dan lain sebagainya. Semuanya harus seimbang dan optimum. Mirip mobil FI yang selalu disesuaikan dengan karakter fisik maupun tingkat keahlian masing-masing pembalap, begitu pula keleles.
Lalu bagaimana membuat sapi-sapi yang lamban itu tiba-tiba berlari seperti kesetanan? Ternyata, buntut sapi-sapi tersebut diikatkan paku yang sudah dicampur spiritus dan cabai. Cambuk joki pun diberi paku. Agak sadis memang, tapi sangat seru! Sapi-sapi ini lari sprint secepat-cepatnya melintasi arena, sampai-sampai sering nyaris menabrak pengunjung yang nekat menonton di depannya. Waktu tercepat yang tercatat selama ini adalah sekitar 9 detik untuk jarak lari 100 m.
How Do They Win?
Dalam pertandingan, dua tim berlomba dan adu cepat. Pemenang kemudian bertanding lagi, melalui beberapa babak penyisihan, sampai pemenang 1, 2 dan 3 didapatkan. Namun, yang kalah tidak selalu berarti gugur. Mereka bisa bertanding lagi melawan yang kalah juga untuk mencari pemenang 1, 2 dan 3 dari 'grup kalah' ini. 'Grup menang' dan 'grup kalah' ternyata sama pentingnya. Bahkan, hal ini merupakan strategi jitu bagi sebagian orang. Mereka bisa sengaja kalah dulu di awal penyisihan, agar keluar sebagai pemenang di 'grup kalah' tadi. Karena menurut mereka, lebih baik jadi pemenang 1 dari 'grup kalah', dibandingkan cuma menjadi pemenang 2 atau 3 dari 'grup menang'.
Acara ini diadakan di lapangan-lapangan kecamatan yang lalu dilombakan lagi pada tingkat kabupaten di arena yang lebih besar. Misalnya saja di Kabupaten Sampang, lomba biasa diselenggarakan di Lapangan Pangarengan, 10 km ke arah tenggara dari JI. Raya Jrengik, persis di tepi pantai yang berpanorama indah namun berhawa panas terik. Sedangkan di Kabupaten Bangkalan, Kerapan Sapi yang juga merupakan konsumsi turis, diadakan di alun-alun ataupun di Stadion Bangkalan. Jumlah tim yang bertanding bisa mencapai puluhan. Dan untuk menyaksikannya, jarang dipungut bayaran, kecuali pada semifinal atau grand final.
Setiap kabupaten akan menghasilkan total 6 pemenang, yaitu pemenang 1, 2 dan 3 dari 'grup menang' dan pemenang 1, 2 dan 3 dari 'grup kalah'. Mereka lalu dikirim bertanding dalam grand final yang diadakan di Stadion R. Sunarto Hadi Wijoyo, Pamekasan. Acara bertajuk "Kerapan Sapi President Cup" ini bisa disaksikan mulai jam 07.30 pagi sampai selesai.
How Do They Make Money?
Entah sejak kapan, pertandingan ini merupakan acara bergengsi yang juga menjadi ajang judi, walau tentunya tidak secara terang-terangan. Para anggota kepolisian setempat hadir di sana dan, selain memastikan keamanan acara, juga siap menangkap siapapun yang ketahuan berjudi. Itu sebabnya, kini ajang taruhan yang bisa mencapai nilai ratusan juta ini lebih sering dilakukan via telepon dan transaksi tidak diadakan dalam arena, melainkan di rumah-rumah penduduk seusai lomba.
Ketenaran Kerapan Sapi sudah merambah hingga penjuru dunia. Para wartawan mancanegara selalu rajin berkunjung untuk meliput acara ini. Kabarnya pula, Kerapan Sapi pun mulai sering diadakan di Jakarta. Tercatat sudah diadakan 2 kali di Senayan, 2 kali di Monas dan 1 kali di Cakung.
How Do They Get Chosen?
Pemilihan dan pemeliharaan sapi-sapi unggulan ternyata cukup pelik. Selain harus berasal dari 'keturunan unggulan', serta tentunya gizi dan perawatan yang baik, menurut kepercayaan setempat ada juga unsur 'tenung' yang terlibat. Sapi-sapi lawan bisa ditenung supaya sakit atau bahkan mati.
Karena itu, cara pemeliharaan sapi-sapi ini, latihannya dan strateginya untuk bertanding, merupakan rahasia yang dijaga amat ketat. Tempat pemeliharaan dan latihan selalu tertutup rapat. Orang-orang yang tidak dikenal yang kebetulan lewat dan berinisiatif menonton latihan, bisa langsung dicap sebagai mata-mata dan ditangkap.
Sekitar seminggu sebelum setiap pertandingan, para pemilik sapi melibatkan sekelompok 'orang-orang pintar' untuk menjaga agar sapi-sapi maupun jokinya tidak ditenung. Atau malahan, para orang 'pintar' ini justru dikerahkan untuk menenung lawan-lawannya. Intinya, berbagai upaya dikerahkan untuk menjaga kondisi tim dan memenangkan pertandingan. Tak heran, segala usaha ini memang sudah selayaknya, mengingat setiap sapi unggulan harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah!
Karena itu, jika ingin melihat pemeliharaan sapi-sapi ini dan juga latihannya, sebaiknya Anda mengenal dan menghubungi 'pejabat' Kerapan Sapi setempat yang dihormati di daerah itu, lalu minta ijin pada beliau. Ingat pula, Anda harus siap mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mendapatkan ijin tersebut, antara Rp.3.750.000,- sampai Rp.5.000.000,- hanya untuk menyaksikan latihannya saja.
Di Bangkalan, Anda bisa menghubungi Bapak Haji Inur, yang terkenal di seluruh Bangkalan sebagai penggemar fanatik Kerapan Sapi dan juga menjabat sebagai Ketua Komite Kerapan Sapi di Madura, untuk mengatur ijin menonton latihan.
Sumber: Majalah Tamasya
About Me
- wild civet
Kerapan Sapi
Kamis, 08 Juli 2010Diposting oleh wild civet di 07.26
Label: jawa timur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar